Laporan Wartawan Grid.ID, Nisrina Khoirunnisa
Grid.ID - Kasus Covid-19 di Kudus, Jawa Tengah, mengalami lonjakan yang cukup tinggi.
Kabar meningkatnya kasus Covid-19 cukup mengkhawatirkan karena diiringi dengan krisisnya tenaga dan alat kesehatan.
Dilansir dari Kompas.com, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, ikut panik dengan kondisi tersebut.
Meningkatnya kasus virus Corona di Kudus membuat pihak Ganjar mengubah fungsi tempat tidur pasien non Covid-19 untuk penanganan pasien Covid-19.
Tak turun tangan sendiri, Ganjar menginstruksikan TNI, Polri, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) untuk turut beraksi menghadapi lonjakan Covid-19 di Kudus.
"Makanya TNI, Polri kita ajak, BNPB turun, Kemenkes turun, Kemendagri memberikan instruksi. Tugas kami kemudian mengeksekusi," ujar Ganjar.
Sementara itu, kondisi penderita Covid-19 di Kudus yang semakin bertambah membuat rumah sakit kebanjiran pasien.
Terbatasnya fasilitas kesehatan untuk menampung pasien Covid-19 menjadikan sebuah pesantren disulap sebagai RS Darurat Covid-19.
Dilansir dari Tribunnews.com, Anggota DPR RI Dapil Jateng II Kudus, Jepara, dan Demak (Kurama), Nusron Wahid, mengubah pesantren di Kudus sebagai tempat isolasi pasien Covid-19.
Pesantren Nashrul Ummah yang berlokasi di Kudus diubah menjadi shelter dan RS Darurat Covid-19.
Nusron mengatakan bahwa rumah sakit sudah kewalahan untuk mengatasi pasien Covid-19 di Kudus yang terus meningkat.
"Karena persebaran tinggi. Rumah sakit nggak muat lagi. Banyak yang kena Covid isolasi di rumah, eh malah nulari keluarga yang lain di rumah. Ini bahaya. Perlu terobosan," ujar Nusron, Kamis (17/6/2021), dikutip dari Tribunnews.com.
Nusron mengungkapkan bahwa Pesantren Nashrul Ummah layak dijadikan tempat isolasi para pasien Covid-19.
Sampat saat ini, pesantren tersebut sedang dilengkapi dengan fasilitas yang memadai agar lebih nyaman digunakan para pasien Covid-19.
"Tempat tidur yang layak sudah kami datangkan. Sekarang perbaikan kamar tidur, kamar mandi, AC, shower dan lain-lain agar bagus dan bersih. Pokoknya tidak kalah dengan RS portable," terang Nusron.
Shelter dan RS Darurat Covid-19 tersebut disebut Nusron dapat menampung maksimal 100 orang pasien.
Terkait tenaga kesehatan di RS Darurat Covid-19, Nusron memanggil relawan yang bersedia untuk berkontribusi menolong pasien Covid-19.
"Untuk relawan nakes kami akan minta para mahasiswa STIKES sederajat dan alumni STIKES yang belum jadi perawat. Minimal ada tenaga yang ngerti dan bisa membantu," tukas Nusron.
(*)
Penulis | : | Nisrina Khoirunnisa |
Editor | : | Winda Lola Pramuditta |