Grid.ID - Pekerjaan terberat sebagai orang tua adalah mendidik buah hati dengan baik.
Salah satunya tidak melibatkan emosi dan amarah menjadi modal penting untuk mendidik anak.
Ya, mendidik dan mendisiplinkan anak tidak melulu harus dengan cara keras apalagi sampai memarahi si kecil.
Cara itu justru kurang efektif untuk menyadarkan anak agar tetap menaati aturan.
Bisa jadi itu ampuh tapi semua itu hanya memberikan dampak jangka pendek.
Akhirnya anak disiplin karena takut dengan orangtua atau hukuman yang diberikan, bukan karena kesadaran dalam diri mereka sendiri.
Kalau kamu mengalami kesulitan dalam mendisiplinkan anak, mengapa tidak mencoba 8 langkah mudah disiplinkan anak berikut ini.
Baca Juga: Zaskia Sungkar dan Irwansyah Ingin Tambah Anak, Begini Kata Mark Sungkar
1. Jangan sekali-kali menggunakan kekerasan, baik yang menimbulkan luka maupun yang tidak seperti memukul pantat anak, menampar, mencubit, mengguncangkan badan, dan lain-lain.
Juga tak boleh menyerang secara verbal terhadap anak sehingga menimbulkan bahaya psikologis, seperti memaki anak dengan kata-kata yang tidak pantas, memanggil anak dengan nama panggilan negatif, memberikan label buruk, dan lain-lain.
2. Hindari penerapan disiplin berupa penarikan kasih sayang seperti berbagai bentuk pengabaian, mengisolasi, menunjukkan rasa tidak suka pada anak, dan lain-lain.
Ini akan berakibat buruk bagi perkembangan harga diri serta pembentukan rasa aman anak akan pemenuhan kasih sayang.
3. Berikan penguatan dan konsekuensi yang wajar.
Penguatan (reward) dapat diberikan kepada anak jika ia menunjukkan perilaku positif yang diharapkan.
Baca Juga: Begini Cara Cerdas Tya Ariestya Mengasah Kreativitas Anak yang Aman di Tengah Pandemi
Anak pun harus mendapat kesan bahwa reward merupakan suatu yang istimewa.
Oleh karena itu, tetapkan target disiplin yang harus ia lakukan selama beberapa waktu ke depan.
Konsekuensi bisa diberikan jika anak melakukan pelanggaran dari aturan yang telah diterapkan dan dijelaskan.
Terapkan secara privat (tidak di depan orang lain).
Mengapa? Konsekuensi ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, bukan untuk menciptakan rasa bersalah.
Pastinya konsekuensi tersebut harus disertai penjelasan alasannya.
4. Mulailah dari perilaku yang mudah, sesuaikan dengan usia anak.
Misalnya, waktu bangun, waktu tidur, belajar dan rutinitas sehari-hari lainnya.
5. Untuk tahap awal, berikan penghargaan dan konsekuansi segera setelah anak melakukan perilaku yang diharapkan, sehingga ia menyadari apresiasi ini adalah akibat dari perbuatannya.
6. Jadikan latihan disiplin sebagai budaya bersama seisi rumah, sehingga anak tidak merasa melakukannya sendirian.
Pak Tarno Derita Sakit Stroke, Istri Pertama Ngaku Ogah Jenguk Gegara Kelakuan Bini Muda: Pelakor Itu!
Source | : | nakita.grid.id |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ulfa Lutfia Hidayati |