Grid.ID - Putri Diana sudah menjadi sosok putri Kerajaan Inggris yang melegenda meski sudah lama tiada.
Kalau di dongeng kisah putri berakhir bahagia setelah dinikahi pangeran, Putri Diana justru harus menerima nasib tragis.
Tapi siapa sangka kisah tragis Putri Diana juga terjadi pada seorang bangsawan Indonesia ini.
Keduanya sama-sama tewas dalam sebuah peristiwa tragis.
Selain Putri Diana dan bangsawan Indonesia, ada pula beberapa sosok putri kerajaan di masa lalu yang mengalami nasib pahit hingga nyawanya berakhir tragis.
Siapa saja mereka?
Berikut beberapa di antaranya.
1. Cleopatra, Ratu Mesir
Pada saat Roma meningkatkan kontrol atas kerajaan Mesir yang kaya, Cleopatra berusaha untuk memajukan tujuan politiknya dengan memenangkan hati Juliu Caesar.
Cleopatra yang cantik dan menawan berhasil memikat pemimpin Romawi yang kuat tersebut dan dia setuju untuk membantu dalam perang sipil Mesir atas nama Cleopatra.
Pada bulan Juni 47 SM, Cleopatra melahirkan seorang putra yang dia klaim sebagai anak Caesar yang kemudian dia beri nama Caesarion (Kaisar Kecil).
Setelah Caesar kembali ke Roma, Cleopatra dan Caesarion hidup secara diam-diam di vila milik Caesar di luar ibu kota.
Setelah Caesar terbunuh, pewaris terpilih, Mark Antony mengambil alih administrasi dari provinsi timur Kekaisaran Romawi dan dia memanggil Cleopatra untuk tuduhan bahwa Cleopatra telah membantu musuh-musuhnya.
Cleopatra berusaha merayu Antony dan mereka kembali ke Alexandria untuk menghabiskan musim dingin dengan pesta pora.
Saat mereka berpisah, Cleopatra telah melahirkan anak kembar dan menurut propaganda Octavia, mereka kemudian menikah yang juga melanggar hukum Romawi yang melarang orang Roma menikahi orang asing.
Setelah mengalami kekalahan dalam perang melawan Octavia, Cleopatra berlindung di mausoleum dan Antony mengatakan Cleopatra mati dengan menusuk dirinya sendiri dengan pedangnya.
Alih-alih jatuh di bawah kekuasaan Octavia, Cleopatra lebih memilih untuk bunuh diri pada 12 Agustus 30 SM, mungkin dengan bisa ular Mesir.
2. Mary of Waltham
Sejak lahir, Mary, putri dari Raja Edward III menghabiskan hidupnya untu mempersiapkan pernikahan dan membuat aliansi yang akan memperkuat kekuatan ayahnya.
Saat usianya akan menginjak 16 tahun, dia akan menikah dengan calon suaminya, John yang akan berusia 21 tahun.
Pernikahan mereka diadakan di Woodstock Palace, benteng kekuasaan kerajaan di abad pertengahan.
Gaun pengantin Mary sangat indah dengan dua jenis kain emas, bulu putih ermine dan gaun itu benar-benar membuatnya cantik berkilau.
Mary of Walthman menjadi Duchess of Brittany dan untuk sementara suami barunya mesih harus berjuang untuk gelarnya agar semuanya berbalik menguntungkan.
Hanya beberapa minggu setelah pernikahannya, Mary menderita penyakit yang digambarkan sebagai penyakit lethargic (lemas).
Dia meninggal saat berusia 16 tahun dan dimakamkan di Abingon.
3. Ines de Castro
Ines de Castro adalah putri dari Pedro Fernandes de Castro yang tangguh dan cucu tidak sah dari Raja Sancho IV dari Kastilia.
Dia menantikan Putri Constanca dari Portugal untuk menikahi Pangeran Pedro, pewaris tahta Portugis pada tahun 1340.
Namun, dengan cepat Pangeran Pedro justru jatuh cinta pada wanita bangsawan itu.
Meskipun Pedro menikah dengan Constanca, dia mengabaikan istrinya yang sah dan memfokuskan perhatiannya pada Ines.
Ketika Constanca meninggal pada tahun 1349, Pedro mencoba membuat Ines menjadi ratu yang sah - mereka sudah memiliki tiga anak bersama - tetapi ayah Pedro tidak setuju.
Dia mengusir Ines dan akhirnya membunuhnya ketika jarak geografis tidak bisa menjauhkan Pedro dari Ines.
Tindakan itu memicu perang saudara antara ayah dan anak dan, ketika yang terakhir mengklaim kemenangan, Pedro menggali makam kekasihnya, membangun makam kerajaan.
Dia meminta semua orang Portugal bersumpah setia kepada Ines sebagai ratu mereka.
4. Putri Dyah Pitaloka Citraresmi
Demi perdamaian, seorang Raja Sunda menikahkan putrinya dengan seorang raja dari Majapahit untuk menjaga negaranya dari kemungkinan konflik.
Namun, Gajah Mada yang ditugaskan untuk menyambut kedatangan sang putri justru menghinanya dengan menyatakan bahwa Putri Sunda tidak boleh dipuji sebagai permaisuri ratu yang baru bagi Majapahit, tetapi hanya sebagai selir, sebagai tanda penyerahan Sunda ke Majapahit.
Pernyataan Gajah Mada tersebut menulut kebencian hingga terjadilah Perang Bubat.
Akibat peristiwa Bubat, pernikahan antara Raja Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka batal.
Bahkan sang putri gugur di tanah lapang Bubat.
Menurut hikayat, kematian Dyah Pitaloka pada Perang Bubat begitu ditangisi dan disesalkan oleh Hayam Wuruk dan seluruh penduduk Kerajaan Sunda yang telah kehilangan sebagian besar anggota kerajaan.
Kemudian Raja Hayam Wuruk menikah dengan Paduka Sori, sepupu sendiri sebagai gantinya.
Perbuatan Pitaloka dan keberanian ayahnya dihormati sebagai tindakan mulia demi kehormatan, keberanian dan martabat dalam tradisi Sunda.
(*)
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul Bukan Hanya Putri Diana, Ini 4 Putri Bangsawan yang Hidupnya Berakhir Tragis, Salah Satunya dari Indonesia
Larang Ayah Rozak Jadi Calon Wali Kota Depok, Ayu Ting Ting Ngaku Tolak Tawaran Terjun ke Dunia Politik, Ternyata ini Alasannya
Source | : | Intisari Online |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ulfa Lutfia Hidayati |