Grid.ID - Kabar duka kembali datang dari Kota Surakarta (Solo).
Salah seorang tokoh penting dari Mangkunegaraan dikabarkan meninggal dunia.
Kabar tersebut pun bahkan sampai pula di telinga orang orang nomor 1 se-Solo yakni, Gibran Rakabuming Raka.
Melansir dari postingan akun Instagram pribadinya yang diunggah Sabtu (14/8/2021), Gibran Rakabuming mengabarkan bahwa KGPAA Mangkunegara IX meninggal dunia.
Pada kesempatan itu, tampak Gibran Rakabuming ditemani beberapa orang serta aparat berada di depan peti di sebuah ruangan di Mangkunegaran.
Beberapa orang bahkan tampak mengenakan baju pramuka lantaran bertepatan dengan Hari Pramuka.
Ya, usut punya usut, saat itu Gibran Rakabuming dan rombongan memang baru selesai memperingati Hari Pramuka dan langsung melayat ke tempat almarhum.
"Usai memperingati Hari Pramuka, saya bersama rombongan melakukan takziah Almarhum KGPAA Mangkunegara IX, Pengageng Pura Mangkunegaran," tulis Gibran Rakabuming dalam kolom keterangan.
Tak lupa, putra sulung Presiden Joko Widodo tersebut juga mendoakan agar amal ibadah almarhum selama masih hidup di dunia diterima oleh Tuhan.
"Semoga amal ibadah beliau dapat diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa, keluarga yang ditinggalkan sabar dan ikhlas," tambahnya.
Almarhum sendiri, di mata Gibran Rakabuming merupakan sosok panutan bagi masyarakat Solo.
"Mendiang merupakan sosok teladan bagi masyarakat Solo. Selamat jalan KGPAA Mangkunegara IX. Swargi langgeng." tulis Gibran Rakabuming.
Sementara itu, melansir dari Kompas.com, almarhum Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara IX diketahui meninggal akibat penyakit jantung.
"Beliau (KGPPA Mangkunegara IX) meninggal gerah sepuh (sakit tua). Usianya 70 tahun. Punya sakit jantung," ujar Plt Pengageng Kabupaten Mondropuro Pura Mangkunegaran Supriyanto Waluyo, dikutip dari Kompas.
Semasa hidup, almarhum juga dikenal sebagai sosok yang merakyat.
Ditambah lagi, beliau rupanya juga cukup peduli dalam dunia seni.
Hal ini terlihat pada saat masa pemerintahannya yang mana tari gaya Mangkunegaran disebut mengalami perkembangan.
Pada masa itu, sejumlah karya masterpiece pun tercipta, antara lain Tari Bedhaya Suryosumirat (1990), Tari Kontemporer Panji Sepuh (1993), Tari Puspita Ratna (1998), dan Tari Kontemporer Krisis (1999).
(*)
3 Bulan Nunggak SPP, Siswa SD Duduk di Lantai Jadi Tontonan Teman Sekelas, Pagi sampai Siang Tak Boleh Duduk di Bangku
Source | : | Kompas.com,Instagram |
Penulis | : | Siti Maesaroh |
Editor | : | Siti Maesaroh |