Laporan Wartawan Grid.ID, Rissa Indrasty
Grid.ID - Banyak latar belakang yang membuat pihak keluarga memutuskan untuk anggota keluarganya sendiri untuk dikerangkeng.
Rata-rata alasan seseorang dikerangkeng karena memiliki gangguan jiwa yang ekstrim.
Hal tersebut dikhawatirkan akan membahayakan orang tersebut, bahkan membahayakan nyawa orang lain.
Seorang wanita paruh baya bernama Peng, Xixia, Sinchuan, China, harus dikerangkeng keluarganya sendiri karena mengalami gangguan jiwa.
Dikutip Grid.ID melalui GridHot, Jumat (3/9/2021), Peng dikurung oleh keluarganya di ruang bawah tanah yang gelap.
Awalnya Peng adalah gadis cantik seperti pada umumnya.
Namun semua berubah ketika pada tahun 2012 ia mengalami kecelakaan mobil.
Nyawanya selamat, namun kesehatan mentalnya memburuk.
Dokter menyatakan Peng mengalami gangguan jiwa usai kecelakaan.
Sempat dirawat di panti rehabilitasi dan dikembalikan ke keluarganya, Peng malah membobol rumah tetangganya sendiri karena kondisi kejiwaannya
Fenomena kerangkeng juga dialami bocah Indonesia asal Jawa Timur bernama Efendi.
Bekas kandang ayam berukuran 1x0,5 meter sudah berubah fungsi menjadi tempat mengurung Moh. Efendi (12).
Efendi dikurung lantaran memiliki kelainan sifat dibandingkan dengan bocah seusianya.
Dikutip Grid.ID melalui Tribunnews.com, Jumat (3/9/2021), ketika lepas dari pengawasan orang tuanya, banyak makanan yang tidak layak dimakan.
"Efendi pernah makan olahan dedak untuk pakan sapi. Bahkan kulit buah siwalan, bunga, dedaunan juga dimakan. Makanya kami coba untuk dikurung," tambah ibu Efendi, yaitu Latifah.
Yang membulatkan tekad kedua orang tua Efendi untuk dikurung sampai sekarang, karena Efendi pernah hilang dari rumahnya saat kedua orang tuanya pergi bekerja di sawahnya sampai sore.
Efendi dicari sampai malam tiba. Bocah berkulit kuning langsat ini, ditemukan di pinggir sungai. Beruntung di sungai itu tidak sedang banjir.
Disamping itu, Efendi juga pernah kabur dan kelayapan ke hutan.
"Pernah juga kejadian, Efendi ditemukan di pinggir hutan di timur rumah," kata Ayah Efendi, Hamzah.
Baik Hamzah ataupun Latifah, awalnya mengaku tidak tega mengurung anaknya.
Namun, mereka berpikir, dengan cara mengurung, lebih banyak dampak positifnya dibanding mudaratnya.
Hamzah dan Latifah mengaku bisa tenang mencari nafkah untuk membiayai hidup ketiga anaknya yang lain.
"Kalau bicara perasaan, perasaan kami iba dan kasihan. Tapi bagaimana lagi, ini sudah nasib keluarga kami. Kami harus hidup, harus bekerja. Kalau tidak bekerja, keluarga kami mau dapat dari mana biayanya," ungkap Hamzah.
(*)
Masyaallah! Presiden Prabowo Beri Hadiah Rp 100 Juta untuk Mbah Guru yang Viral Ngajar Matematika Lewat Tiktok, Netizen Ikut Girang
Source | : | Tribunnews.com,Grid Hot |
Penulis | : | Rissa Indrasty |
Editor | : | Nesiana Yuko |