Pasalnya, ia bersabar saat rumah sakit belum bisa memberikan fasilitas maksimal untuk anaknya.
Bahkan ia terlihat begitu menerima keadaan meski hal itu membuat beberapa orang berpikir bahwa ia terlalu cuek untuk anaknya.
Kondisi tersebut membuat sang dokter ingat sebuah ungkapan yang sangat cocok dengan keadaan si ibu.
"Air mata bukan untuk orang miskin," yang mana berarti bahwa kehidupan mereka begitu berat sampai tak punya waktu untuk bersedih dalam waktu yang lama.
Benar saja, si ibu hanya menangis sebentar sebelum bangkit dan memutar kepala untuk menyiapkan pemakaman sang suami dan tetap memantau kondisi buah hatinya.
Dan setelah 23 hari perawatan, si anak akhirnya mendapat ruang di ICU sehingga si ibu bisa mengurus pemakaman suaminya.
Bahkan, donor pun diterima sang anak.
Menjadi saksi hidup darah, keringat, dan air mata si ibu, sang dokter pun mendapat tiga pembelajaran penting tentang kehidupan.
Baca Juga: So Sweet! Ini Hal yang Ingin Dilakukan RM BTS Saat Bertemu ARMY Pasca Pandemi Usai
Viral, Pernikahan Ini Sajikan Menu Mie Instan untuk Undangan yang Datang padahal Tajir, Tamu: Kami Juga Bawa Bekal Sendiri
Source | : | |
Penulis | : | Silmi Nur Aziza |
Editor | : | Silmi Nur Aziza |