Laporan Wartawan Grid.ID, Annisa Marifah
Grid.ID - Tempuh jalan pintas demi raih kekayaan dengan cepat, wanita berinisial ZY tega tumbalkan anak sendiri.
Ia memaksa anaknya memuaskan nafsu bejat dukun cabul berinisial AU demi iming-iming kekayaan.
Melansir dari Kompas.com pada Selasa (28/9/2021), korban kini didampingi oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara.
Usai diperkosa dukun AU, batin korban terluka dan mengalami trauma mendalam.
Kini, korban yang duduk di kelas 2 SMA ini enggan bersekolah dan menemui kawan-kawan seusianya.
Korban lebih banyak berdiam diri di rumah keluarga ayahnya.
"Tadi itu kita lihat, dia trauma sehingga dia tidak mau melanjutkan lagi sekolahnya," kata Kepala Bidang Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Muna, Siti Sahra.
"Jadi itulah tugas kami untuk membantu dia, memberikan dukungan agar melanjutkan kembali sekolahnya,” lanjutnya.
La Ode Toma, ayah korban, masih tak habis pikir bagaimana bisa istrinya itu tega menumbalkan anak sendiri.
Ia pun kukuh akan meneruskan perkara ini ke jalur hukum demi keadilan putrinya.
"Saya tetap akan melanjutkan ke jalur hukum, harapannya saya ingin tuntaskan, pelaku ini harus ditangkap dan diproses secara hukum,” ujar Toma.
Usai dipaksa ibunya melayani nafsu bejat dukun AU, tentu saja luka batin dan trauma korban tak bisa begitu saja hilang.
Dilansir Grid.ID dari Antaranews.com, Ketua Laboratorium Intervensi Sosial dan Krisis Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Dicky Pelupessy menjelaskan bahwa trauma akibat pelecehan seksual tak dapat diketahui kapan akan sembuh.
Hilangnya trauma akibat pelecehan seksual juga bergantung pada apakah korban sudah mengikhlaskan kejadian tersebut atau memaafkan pelaku.
Menyembuhkan luka batin dan trauma akibat pelecehan seksual itu tak berbatas waktu dan bisa saja terjadi sepanjang usia.
"Munculnya luka itu, konsepnya kita tidak akan pernah bisa pastikan, kalau kita jatuh, langsung terlihat lukanya," tutur Dicky.
"Tapi trauma kita terhadap jatuh? Itu munculnya mungkin tidak sekarang, munculnya bisa pekan depan, bulan depan atau tahun depan tergantung seberapa traumatik peristiwa itu,” sambungnya.
Dicky pun menambahkan bahwa trauma akan pelecehan seksual merenggut rasa percaya diri, rasa aman, hingga rasa percaya korban terhadap orang lain.
Orang tua haruslah terus memberikan pendampingan dan jangan sampai menyalahkan anak atas peristiwa itu.
"Yang dapat pendampingan saja itu tidak mudah untuk bisa pulih, apalagi kalau kita temukan dia yang tidak memiliki kemungkinan (untuk didampingi),” ujar Dicky.
(*)
Pak Tarno Derita Sakit Stroke, Istri Pertama Ngaku Ogah Jenguk Gegara Kelakuan Bini Muda: Pelakor Itu!
Source | : | Kompas.com,antaranews.com |
Penulis | : | Annisa Marifah |
Editor | : | Ayu Wulansari Kushandoyo Putri |