Grid.ID - Allah Swt. menciptakan manusia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Secara umum, baik laki-laki maupun perempuan, mereka diberi potensi yang sama oleh Allah Swt.
Namun, secara khusus, laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan.
Jika salah dalam menyikapi peran dan potensi antara keduanya, maka tentunya akan menimbulkan kesalahpahaman yang berujung pada sebuah sikap 'merasa' tidak adil atas apa yang Allah tetapkan kepada hamba-hamba-Nya.
Perbedaan-perbedaan ini tentunya bukan bertujuan untuk melahirkan sebuah sikap saling membandingkan di antara keduanya, akan tetapi jika didalami, maka akan ditemukan tujuan dari penetapan potensi serta peran laki-laki dan perempuan di dalam Al-Qur'an, yaitu untuk saling melengkapi.
Peran perempuan dalam Al-Qur'an, lebih dominan disebutkan mengenai tugasnya sebagai seorang istri.
Karena hal ini akan erat kaitannya dengan perannya dalam mendidik anak.
Menjadi ibu rumah tangga adalah aktivitas yang paling banyak dikerjakan oleh perempuan yang telah berstatus menikah.
Namun, banyak perempuan menganggap bahwa menikah dan menjadi istri sekaligus menjadi ibu adalah takdir akhir dari seorang perempuan.
Sehingga, ia tidak bisa lagi mengejar mimpi dan cita-citanya, ia tidak bisa lagi belajar.
Padahal, menikah bukan langkah terakhir atas harapan-harapan yang telah dibangun.
Hal yang sering dipermasalahkan dalam masyarakat adalah "Perempuan bergelar akademik yang memilih menjadi ibu rumah tangga", "Ibu rumah tangga yang memilih berkarier di luar rumah", dan "Perempuan yang memilih full time menjadi ibu rumah tangga".
Sebenarnya, tidak ada yang salah dari pilihan-pilihan tersebut, karena setiap perempuan berhak menentukan pilihan dan tentunya ia tahu konsekuensi atas pilihannya.
Berhentilah untuk membandingkan bahwa perempuan ini yang terbaik dan menyepelekan yang satunya.
Karena apa yang menjadi pilihan dari seorang perempuan, ada sesuatu yang ia korbankan.
Namun, jika ternyata takdir membawa perempuan menjadi ibu rumah tangga, yang full time mengurus rumah, suami dan anak-anak di rumah, maka perempuan mesti menyadari bahwa Islam menempatkan diri perempuan di rumah bukan karena Islam menutup jalan bagi diri perempuan untuk tampil seperti laki-laki yang bebas mengejar mimpi-mimpinya, tapi karena Islam memuliakan perempuan!
Islam menempatkan perempuan di sebaik-baik tempat.
Berapa banyak orang yang menyepelekan pekerjaan ibu rumah tangga, dianggap pengangguran, dianggap pemalas, pekerjaan yang tidak menghasilkan pundi-pundi rupiah.
Padahal, pekerjaan yang tidak ada hentinya adalah menjadi ibu rumah tangga.
Mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali.
Pekerjaan yang kadang berulang-ulang dikerjakan, pekerjaan banyak meski tanpa digaji.
Tidak perlu bersedih, jika ternyata takdir membawa perempuan menyandang gelar sebagai ibu rumah tangga.
Karena banyak juga ibu-ibu yang melepaskan pekerjaan bergengsi demi menjadi ibu rumah tangga.
Banyak pula perempuan yang punya gelar pendidikan tinggi, tapi ujung-ujungnya memilih menjadi ibu rumah tangga.
Tidak perlu bersedih dan berputus asa, karena kamu tidak sendiri, banyak perempuan yang telah bertekad memilih jalan ini.
Mau lebih meyakinkan diri dengan titel sarjana ibu rumah tangga?
Yuk segera dapatkan buku 'Sarjana Ibu Rumah Tangga' di toko buku Gramedia terdekat atau Gramedia.com.
(Rizki Ayu Amaliah)
(*)
Pak Tarno Derita Sakit Stroke, Istri Pertama Ngaku Ogah Jenguk Gegara Kelakuan Bini Muda: Pelakor Itu!
Penulis | : | Grid |
Editor | : | Nindya Galuh Aprillia |