Laporan Wartawan Grid.ID, Mahdiyah
Grid.ID - Kasus yang menimpa Gilang Endi, mahasiswa UNS yang meninggal saat mengikuti diklat menwa UNS memang masih menjadi misteri.
Belum lama ini, pihak kepolisian mengungkap adanya dugaan kekerasan yang menyebabkan Gilang meninggal dunia.
"Korban terkena beberapa pukulan di bagian kepala," jelas Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Pol M Iqbal Alqudusy, dikutip Grid.ID dari KOMPAS.com pada Minggu (31/10/2021).
Namun, baru-baru ini seorang netizen dengan akun Twitter @putri_yudianti mengaku pernah mengikuti diklat menwa di UNS.
Dirinya juga mengaku mengalami beberapa kekerasan.
"Setelah berpikir panjang, akhirnya aku memutuskan untuk speak up di Twitter. Tragedi Gilang bukanlah yang pertama kali terjadi. Mohon maaf kalau dalam thread ini ceritanya belepotan, aku enggak pintar story telling," tulisnya.
"Tahun 2013 lalu aku ikut diklat menwa UNS. Waktu itu enggak ada kepikiran kalau PGP (Pra Gladi Patria)nya separah itu. Dalam bayanganku cuma sebatas dibentak dan pelatihan mental aja kayak push up, roll depan/belakang, dll," lanjutnya.
Dirinya mengaku kegiatan diklat terasa begitu biasa saja saat minggu pertama.
Namun, memasuki minggu kedua, ia terkejut bukan main saat mulai mengalami kekerasan dari seniornya.
"Minggu kedua. Mulai kelihatan aslinya. Waktu pertama kali ditampar rasanya spechless kayak enggak nyangka ternyata bakalan ada tindak kekerasan.
Kekerasan yang aku alami di minggu kedua yaitu ditampar berkali-kali dan dipopor senjata. Hukuman ini punya sebutan masing-masing. Ini seingatku aja ya," lanjutnya.
Bahkan, ia mengaku bahwa seniornya meninju perut para peserta diklat.
"Di minggu ketiga ini seangkatan pernah ditinju sekali di perut baik cowok/cewek enggak pandang bulu. Jangan lupakan jatah kipas asmara, ranting jatuh, dan push up menggenggam," sambung dia.
Selain itu, menurut pengakuannya, para peserta harus berjalan dari Desa Karanglo, Kecamatan Tawangmangu hingga ke Kampus UNS yang berjarak sekitar lebih dari 30 kilometer.
"Bayangkan dari desa Karanglo Tawangmangu jalan kaki sampai kampus. Masih naik dulu ke Candi Sukuh terus turun lagi. Jalan kaki dari pagi jam 8 atau 9 pagi sampai kampus jam 4 atau 5 subuh keesokan harinya. Hampir 24 jam jalan kaki, berhenti cuma sebentar 1-2 jam untuk ishoma," jelasnya.
"Sampai di mako bener-bener pengin nangis sujud karena akhirnya sampai juga. Waktu buka sepatu, astagaaa kaki lecet dan banyak gelembung-gelembung isi air.
Disitu udah enggak kuat jalan, kalau mau gerak bener-bener harus merangkak karena saking kaki enggak kuat buat nopang badan," tulisnya.
Unggahan itu pun langsung menjadi sorotan banyak netizen lain.
Bahkan tagar #justiceforgilang sempat menjadi trending topic di sosial media Twitter.
Hingga saat ini, cuitan itu pun sudah disukai lebih dari 30 ribu pengguna lain dan lebih dari 11 ribu cuitan ulang.
(*)
Nyesek, Abidzar Ternyata Sempat Jedotin Kepalanya ke Tembok Usai Tahu Uje Meninggal, Umi Pipik: Dia Nyalahin Dirinya
Source | : | Kompas.com,Twitter |
Penulis | : | Mahdiyah |
Editor | : | Ayu Wulansari Kushandoyo Putri |