Laporan Wartawan Grid.ID, Annisa Dienfitri
Grid.ID - Selain kejeniusannya di bidang teknologi aviasi, Presiden ke-3 Republik Indonesia BJ Habibie menuai decak kagum warga internasional berkat sikapnya saat melepaskan Timor Timur.
BJ Habibie dinilai telah cerdas karena tidak mengandalkan kekerasan dan pertumpahan darah saat Timor Timur melepaskan diri dari Indonesia.
Melansir intisari-online.com, Timor Leste yang sebagian besar dari 1,3 juta penduduknya memeluk Katolik, baru diakui secara internasional tiga tahun setelah pemungutan suara.
Tidak seperti Indonesia yang dijajah Belanda, negara yang menjajah Timor Timur adalah Portugal.
Pada 1974, Revolusi Bunga terjadi di Portugal yang menyebabkan distabilitas politik di dalam negeri.
Portugal semakin kewalahan menghadapi pemberontakan di negara-negara jajahan di Afrika.
Masyarakat TimTim memanfaatkan momen tersebut untuk memproklamirkan berdirinya bangsa yang merdeka melalui pembentukan partai politik.
Namun, proses kemerdekaan tidak semudah yang dibayangkan.
Ketegangan politik hingga fisik terjadi antara partai pro-kemerdekaan dengan partai yang menginginkan TimTim menjadi bagian dari Indonesia.
Di tengah pertumpahan darah, masyarakat TimTim pada 30 November 1975 menggelar Deklarasi Balibo yang menegaskan posisi TimTim sebagai provinsi ke-27 Indonesia.
Pada tahun-tahun berikutnya, muncul konflik antara pendukung kemerdekaan Timor Leste dan pemerintah Indonesia serta pendukung integrasi Timtim.
Sampai pada tahun 1991, terjadi pembantaian Santa Cruz.
Ketika itu, tentara Indonesia melepaskan tembakan ke 4 ribu pelayat pro-kemerdekaan di sebuah pemakaman yang sedang mengubur seorang siswa muda yang dibunuh oleh tentara.
Seorang jurnalis foto Inggris memfilmkan peristiwa yang menyebabkan lebih dari 200 orang tewas.
Rekaman tersebut disiarkan di televisi di negara-negara Barat dan untuk pertama kalinya pemerintah Amerika Serikat mengutuk kekerasan di Indonesia.
Bekas provinsi ke-27 itu membuat Indonesia menjadi bulan-bulanan dunia internasional.
Banyak pihak yang menggunakan isu Timtim sebagai satu ajang mempermalukan bangsa Indonesia di percaturan internasional.
Tujuh bulan setelah BJ Habibie memegang tampuk kekuasaan, tepatnya 19 Desember 1998, Perdana Menteri Australia John Howard mengirim surat.
Dalam suratnya, John Howard mengusulkan BJ Habibie untuk meninjau ulang pelaksanaan referendum bagi rakyat Timtim.
Pada 30 Agustus 1999 dilaksanakan referendum dengan situasi yang relatif aman dan diikuti hampir seluruh warga Timtim.
Namun, satu hari setelah referendum dilaksanakan suasana menjadi tidak menentu, terjadi kerusuhan berbagai tempat.
Sekjen PBB akhirnya menyampaikan hasil refrendum kepada Dewan Keamanan PBB pada 3 September 1999.
Hasilnya 344.580 suara (78,5 persen) menolak otonomi, 94.388 (21 persen) suara mendukung otonomi, dan 7.985 suara dinyatakan tidak valid.
Hasil referendum kemudian diumumkan secara resmi di Dili pada 4 September 1999, menyatakan masyarakat Timtim memilih untuk memisahkan diri dari Indonesia.
Habibie mengutarakan alasan dan fakta yang sangat cerdas dengan keputusannya melepaskan TimTim.
1. Alasan Pertama
"Timtim dengan populasi sekitar 700 ribu rakyat telah menarik minat dunia. Tapi saya punya 210 juta rakyat."
"Jika saya biarkan tentara asing mengurus Timtim, secara implisit saya berarti mengakui bahwa TNI tak bisa menjalankan tugasnya dan ini bisa berakibat buruk bagi stabilitas negara. Dan saya tak mau ambil risiko ini."
"Masalah Timor Timur sudah harus diselesaikan sebelum Presiden ke-4 RI dipilih, sehingga yang bersangkutan dapat mencurahkan perhatian kepada penyelesaian masalah nasional dan reformasi yang sedang kita hadapi."
2. Alasan Kedua
Habibie menganggap Australia telah menjadi 'sahabat' Indonesia sejak proklamasi kemerdekaan 1945.
"Saya yakin bila saya biarkan tentara Australia masuk ke Indonesia, saya tidak hanya akan menghina dan mempermalukan TNI, tapi juga bila Australia masuk, apa pun keputusannya nanti, yang kalah akan menyalahkan Australia," jelasnya.
Atas alasan cerdas inilah, Habibie pun mendapat respons yang baik dari belahan dunia karena tidak mengandalkan kekerasan dan menumpahkan darah.
Padahal jika dilihat dari segi ekonomi, Indonesia mendapatkan hal yang baik dari Timor Timur.
Kini, Timor Leste butuh pembangunan di infrastruktur, alhasil tender pembangunan di sana dimenangkan BUMN Indonesia.
Dengan begitu Indonesia diuntungkan karena sebagai negara merdeka, mereka tidak memakan dana dari Indonesia, bahkan mereka mengeluarkan dana untuk keuntungan di pihak BUMN.
Apa pun yang dikirim ke Timor Leste sekarang menjadi ekspor dan mendapatkan keuntungan devisa bagi negara.
Namun melansir Serambinews.com, saat ini Timor Leste dianggap sebagai negara termiskin di kawasan Asia Tenggara.
Negara kecil ini dinilai belum mampu mencapai kesejahteraan, meski telah lama merdeka dan memiliki ladang minyak berlimpah.
Meski demikian, Timor Leste berhasil menjadi satu-satunya negara yang paling disorot dalam urusan demokrasinya.
(*)
Ketemu Duta Sheila On 7 yang Lagi Naik Motor Listrik di Jalanan Kota Yogyakarta, Emak-emak Ini Rela Susulin: Si Adek Minta Ngejar
Source | : | intisari-online.com,Serambinews.com |
Penulis | : | Annisa Dienfitri |
Editor | : | Deshinta N |