Laporan Wartawan Grid.ID, Annisa Dienfitri
Grid.ID - Tanpa disadari, patah hati tidak hanya bikin keki, tapi seringkali berdampak buruk pada kesehatan tubuh.
Patah hati tidak melulu disebabkan oleh tekanan emosional akibat berakhirnya kisah percintaan atau kehilangan sosok yang dicintai.
Melansir Tribunnews.com, beberapa hal lain bisa menjadi pemicu sindrom patah hati, misalnya diagnosis medis yang menakutkan, kehilangan pekerjaan, kejutan tiba-tiba, hingga konflik rumah tangga.
Para ahli setempat menyimpulkan terdapat lonjakan hormon mirip adrenalin pada orang-orang yang mengalami sindrom patah hati.
Lonjakan hormon tersebut membuat jantung bak tersengat sehingga gejalanya menyerupai serangan jantung.
Meski menyakitkan, patah hati bukan berarti akhir dari segalanya.
Karena itu, penting untuk tetap 'sadar' dengan kondisi yang sedang dirasakan, sekalipun terhadap rasa sakit.
Ya, sangat wajar apabila manusia merasakan patah hati, tapi hal terpenting yakni move on dari rasa sakit tersebut.
Feby Marcelia Kepergok Netizen Jalan Sama Pria Baru padahal Baru Cerai, Revand Narya: Ini Bukti Allah Nggak Tidur
Source | : | Tribun Style,Tribun Bali |
Penulis | : | Annisa Dienfitri |
Editor | : | Nesiana |