Setelah jalan, menurut pengakuan IA, dia mengajak Desi naik bajaj menuju rumahnya di daerah Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.
Namun, IA turun di daerah yang gelap di bawah saluran udara tegangan tinggi Elang Laut di Jalan Pantai Indah Barat di Kelurahan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan.
Desi langsung curiga. Dia menanyakannya ke IA. Namun, IA meminta Desi ikut saja.
Dia menyeret Desi ke kegelapan, di antara pepohonan dan lahan kosong di kawasan itu. IA berencana memerkosa Desi.
Desi memberontak dan berusaha melepaskan diri, namun IA kian nekat melampiaskan nafsu.
Dia memukul dan menusuk Desi dengan alat pahat berulang di bagian kepala dan leher.
IA diduga tidak dapat ”menghabisi” Desi. Takut diketahui orang, IA lalu membekap Desi dengan kerudung. Di tengah kepayahan itu, IA memerkosa Desi.
Akhirnya, Desi mengembuskan napas terakhir.
Sebelum kabur, IA mengambil dompet dan telepon Desi, lalu memasukkan kepala Desi ke lubang tanah dan menyamarkan jasadnya dengan ilalang dan rumput liar.
Jenazah Desi kemudian ditemukan oleh tenaga pengamanan kompleks setempat pada Senin siang.
Saat ditemukan, kepala korban di lubang, sementara setengah badan di atas tanah.
Sejumlah barang tercecer di radius 10-20 meter, seperti sepatu biru tua, celana dan jaket coklat, serta telepon genggam.
Kepala Polsek Metro Penjaringan Ajun Komisaris Besar Suyudi Ario Seto mengatakan, korban melawan dan pelaku panik sehingga sebagian barang tercecer.
Pelaku membawa kabur isi dompet, satu telepon genggam, dan identitas milik korban.
Menurut Suyudi, aksi IA tak berhenti pada Minggu malam.
Senin siang, IA mengontak orangtua Desi di Pemalang, Jawa Tengah.
IA mengabarkan telah menculik Desi dan dia meminta uang tebusan Rp 50 juta.
”Dalam perkenalan di media sosial, menurut keterangan tersangka, Desi mengaku berasal dari keluarga kaya, punya beberapa mobil. Atas dasar itu, IA terpancing menguasai harta milik korban,” ujar Suyudi.
Orangtua Desi, lanjut Suyudi, bingung mengetahui kabar dari IA. Mereka merasa anaknya sedang terancam. Senin malam, mereka berangkat ke Jakarta.
Keluarga Desi lalu menghubungi polisi.
Menurut keterangan tersangka dan beberapa saksi lain, keluarga Desi tidak segera memenuhi permintaan tebusan. Mereka baru mengetahui Desi telah tewas saat tiba di Jakarta.
Setelah dua hari penyelidikan, polisi menemukan titik terang pembunuh Desi.
Penyidik melacak salah satu telepon genggam korban yang dibawa kabur IA.
Pada Kamis pagi, polisi menggerebek IA di lokasi kerjanya di kompleks pergudangan di Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan. ”Ketika kami tangkap, tersangka masih tidur,” kata Suyudi.
IA warga Kalianda, Lampung, yang merantau dan bermukim di Jakarta sejak beberapa tahun lalu. Dia telah menikah dan memiliki seorang anak.
Kepada penyidik, IA mengaku telah dua kali menipu melalui media sosial. Di depan Markas Polsek Metro Penjaringan, IA menundukkan kepala.
IA mengaku nekat membunuh Desi karena butuh uang.
Akan tetapi, Desi ternyata tidak sekaya seperti yang dikisahkan di media sosial. Desi mengaku berasal keluarga kaya, tetapi telepon genggamnya hanya seharga ratusan ribu rupiah.
Baca Juga: Ditahan Terkait Kasus Dugaan Penipuan Rekrutmen CPNS, Anak Nia Daniaty Ajukan Penangguhan Hari Ini
Uang di dompetnya juga hanya belasan ribu rupiah. Dia bukan seorang pramugari, melainkan pencari kerja serabutan.
Setahun terakhir, Desi pindah dari satu lokasi kerja ke lokasi kerja lain.
Polisi menjerat IA dengan pasal pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman seumur hidup.
Seperti kejadian serupa sebelumnya, kisah IA dan Desi mengingatkan lagi tentang perlunya kewaspadaan berinteraksi di dunia maya, khususnya melalui jejaring sosial.
(*)
Larang Ayah Rozak Jadi Calon Wali Kota Depok, Ayu Ting Ting Ngaku Tolak Tawaran Terjun ke Dunia Politik, Ternyata ini Alasannya
Source | : | Kompas.com,Grid.ID |
Penulis | : | Rissa Indrasty |
Editor | : | Ayu Wulansari Kushandoyo Putri |