Grid.ID – Beberapa tahun belakangan, restoran dengan konsep all you can eat (AYCE) populer di kalangan masyarakat Indonesia. Pasalnya, dengan membayar harga tertentu, pelanggan dapat menyantap beragam menu sepuasnya.
Masing-masing restoran dengan konsep AYCE pun berlomba menawarkan keunikan menu masing-masing. Lokasi restoran dengan konsep ini pun tidak hanya di mal, tetapi juga kaki lima. Tentunya, harga yang ditawarkan juga berbeda-beda.
Namun, tahukah kamu kalau konsep makan AYCE ternyata bukanlah penemuan dari era modern? Mengutip dari laman foodandwine.com, konsep AYCE pertama kali muncul pada abad ke-16 di Swedia.
Selain itu, masih banyak lagi fakta menarik perkembangan konsep AYCE lainnya. Berikut ulasannya!
1. Bermula dari konsep prasmanan di abad ke-16
Seperti sudah disebutkan di atas, konsep makan AYCE pertama kali diterapkan pada abad ke-16 oleh masyarakat di Swedia. Setiap kali menggelar sebuah pesta, mereka akan menyediakan makanan untuk para tamu dengan konsep buffet atau prasmanan.
Jamuan prasmanan tersebut dikenal dengan istilah brännvinsbord yang dalam bahasa Swedia berarti meja yang penuh semangat. Setiap tamu boleh mengambil makanan yang ingin disantap secara mandiri dan mengonsumsi dengan porsi sesuka hatinya.
Pada abah ke-18, konsep brännvinsbord berkembang. Awalnya, meja prasmanan hanya menyediakan roti dan mentega saja. Pada abad ini menu ditambah dengan salted fish, telur, sayuran, serta ragam menu lainnya.
2. Kembali populer berkat Olimpiade Stockholm 1912
Konsep makan AYCE menjadi populer di seluruh dunia usai Olimpiade Stockholm pada 1912. Pada olimpiade musim panas tersebut peserta dari banyak negara di dunia disambut dengan konsep makan yang serupa dengan brännvinsbord.
Pengalaman makan dengan konsep ini dibawa pulang oleh peserta ke negara masing-masing. Konsep AYCE pun meluas ke berbagai negara. Melihat animo dan penerimaan masyarakat akan konsep ini, pengusaha restoran pun mengambil peluang dengan membuka gerai AYCE.
Penulis | : | Nana Triana |
Editor | : | Sheila Respati |