Grid.ID – Sejak menikah dengan Syahrini, nama Reino Barack juga makin terus menjadi sorotan.
Termasuk anggota keluarganya yakni mertua dari Syahrini yang tak lain tak bukan ayahanda dari Reino sendiri, Rosano Barack.
Di balik sosoknya yang jarang terekspos ke publik, Rosano Barack nyatanya menyimpan sederet fakta mengejutkan soal kehidupannya.
Mengutip dari Market Screener via Tribun Jabar, Rosano Barack adalah pimpinan dari 5 perusahaan besar di Indonesia.
Di antaranya adalah President Commisioner PT Panasonic Manufacturing Indonesia, President Director PT Nusadua Graha International, dan President Director PT Plaza Indonesia Realty Tbk.
Rosano juga menjabat sebagai komisaris di PT Panasonic Gobel Indonesia dan PT Jababeka Plaza Indonesia.
Dengan jabatan mentereng seperti ini, Syahrini bakal jadi menantu konglomerat dengan pundi-pundi fantastis.
Tak hanya itu, Rosano ternyata juga merupakan atasan Hary Tanoesoedibjo.
Hary Tanoesoedibjo adalah salah satu pebisnis paling berpengaruh di Indonesia.
Hubungan kerja Rosano Barack dan Hary Tanoesoedibjo terjalin dari PT Global Mediacom Tbk.
Hary Tanoesoedibjo menjabat sebagai Direktur Utama PT Global Mediacom Tbk.
Sementara itu, Rosano Barack adalah Komisaris Utama PT Global Mediacom Tbk yang menjadikan jabatannya lebih tinggi dari Hary Tanoesoedibjo.
Rosano sendiri menjabat sebagai Komisaris Utama PT Global Mediacom Tbk sejak 29 Mei 1998.
Mengutip dari laman resmi Global Mediacom, Rosano adalah seorang Warga Negara Indonesia (WNI).
Rosano lahir pada tahun 1953. Dia lulus dari Universitas Waseda, Tokyo, Jepang pada tahun 1979.
Selain Reino Barack, Rosano punya seorang putri bernama Rangga Maya Barack-Evans.
Sosok Rosano Barack memang dikenal terbatas oleh kalangan tertentu di Indonesia.
Jika saat ini sang anak, Reino tengah menjadi sorotan karena menikahi Syahrini, figur sang ayah pun tak kalah hebatnya.
Sebagai seorang usahawan, Rosano termasuk salah satu pebisnis yang berpengaruh di Indonesia.
Rosano merupakan pebisnis kawakan yang memiliki sejarah kedekatan dengan keluarga mantan Presiden Soeharto alias Keluarga Cendana.
Di Indonesia, Rosano memiliki berbagai bisnis yang membuatnya bergelimang harta. Beberapa di antara merupakan kerjasama dengan Keluarga Cendana.
Rosano mendirikan PT Global Mediacom bersama Bambang Trihatmodjo dan Mochamad Tachril Sapi`ie pada 30 Juni 1981.
Saat itu, nama yang digunakan adalah PT Bimantara Citra.
Di balik hal tersebut, ketiga orang di atas ternyata telah memiliki kedekatan sejak lama.
Tulisan Thomas Wibisono dalam Informasi (1994) mengisahkan, ketiganya sudah bersahabat sejak kecil, sama-sama bersekolah di SD Cikini.
Tak hanya Bambang Trihatmodjo, Siti Hardijanti atau Mbak Tutut kelak juga turut menjabat sebagai komisaris independen di perusahaan ini.
Saat Soeharto lengser pada 1998, Rosano saat itu masih tetap setia menjabat sebagai petinggi dari perusahaan yang ia dirikan tersebut.
Dikutip dari website PT Global Mediacom, pengusaha berumur 66 tahun itu menjabat sebagai komisaris utama sejak 29 Mei 1998.
Ia menempati posisi tinggi itu kurang dari 10 hari setelah Soeharto lengser.
Hal ini seolah menunjukan kesetiaan Rosano, yang berkomitmen akan tetap bersama keluarga Cendana meski dalam kondisi sulit sekalipun.
Sebagai founder dari PT Bimantara Citra yang berganti nama menjadi PT Global Mediacom pada 27 Maret 2007, Rosano dikenal sebagai pengusaha yang berlimpah materi.
Dikutip dari laman marketscreener.com, harta Rosano ditaksir mencapai US$ 35 juta atau sekitar Rp 490 miliar dengan nilai tukar Rp 14.000 per dolar AS.
Ia juga memiliki sejumlah bisnis lain seperti PT Plaza Indonesia Realty Tbk, PT Nusadua Graha International, PT Panasonic Manufacturing Indonesia, PT Panasonic Gobel Indonesia dan PT Jababeka Plaza Indonesia.
Tak salah jika Reino memilih untuk terjun ke dunia bisnis. Selain sang ayah seorang usahawan besar, beberapa lini bisnis yang dimilikinya ditangani langsung oleh pria yang menikahi Syahrini.
Seperti dikutip dari buku Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando karangan Hendro Subroto, Mayor Jenderal TNI Sintong Panjaitan diangkat menjadi Panglima Kodam IX/Udayana pada tanggal 12 Agustus 1988.
Sebagai penangggung jawab keamanan wilayah, Sintong banyak bersentuhan dengan aspirasi masyarakat banyak, serta perkembangan sosial ekonomi di wilayahnya.
Maklum saja, wilayah Kodam IX/Udayana khususnya Bali merupakan daerah yang bernilai emas di mata pelaku bisnis.
Menjelang lahir dekade 1980-an, anak-anak Presiden Soeharto mengembangkan kiprahnya di bidang bisnis, salah satunya adalah Bambang Trihatmodjo yang berencana menanamkan investasi di Bali.
Dalam kaitan ini muncul suara dan saran agar Sintong menemui Bambang ke Jakarta, karena putra ketiga Soeharto ini mempunyai masalah di Bali.
Namun, Sintong tidak mau pergi ke Jakarta untuk sekadar bertemu anak Soeharto.
Apabila Presiden/Panglima Tertinggi ABRI, Menteri Hankam, Panglima ABRI atau KSAD yang memerlukan Sintong pergi ke Jakarta, ia pasti akan berangkat langsung pada kesempatan pertama.
Namun, jika yang memerlukan adalah putra Presiden Soeharto, ia tak mau datang karena tidak ada jalur komando lantaran ia berpendirian bahwa jika Bambang ingin bertemu dengan Sintong, dialah yang harus datang ke Bali.
Akhirnya Bambang datang ke Bali dengan didampingi oleh Rosano Barack dan dalam pertemuan bertiga itu, Sintong mengatakan bahwa ia adalah jenderalnya Presiden Soeharto.
"Saya mengagumi Soeharto dan harus mendukung beliau sebagai presiden," tegas Sintong.
"Kalau Bambang Tri tidak mulai baik-baik sejak sekarang, seandainya terjadi apa-apa terhadap Soeharto nanti, maka Bambang Tri akan mendapat masalah. Orang pertama-tama lari, ya dia ini," kata Sintong sambil menunjuk pengusaha Rosano Barack.
Beberapa tahun kemudian setelah turunnya Soeharto dari kursi kekuasaan, Rosano bertemu dengan Sintong.
Rosano berkata, "Memang benar perkiraan Pak Sintong. Setelah Soeharto jatuh, orang-orang semua lari meninggalkan Soeharto dan keluarga. Tapi, saya tidak."
(*)
Artikel ini telah GridHot.ID dengan judul Setia Dampingi Keluarga Cendana di Masa Jatuh-jatuhnya, Mertua Syahrini Jadi Sosok Penting dalam Kesuksesan Keturunan Soeharto, Rosano Barack: Orang-orang Lari, Tapi Saya Tidak
Source | : | GridHot.ID |
Penulis | : | None |
Editor | : | Siti Maesaroh |