Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Kabar duka datang dari seorang selebgram Edelenyi Laura Anna atau biasa dikenal Laura Anna.
Laura Anna meninggal dunia pada Rabu (15/12/2021).
Gadis berusia wanita 21 tahun tersebut menjadi perbincangan usai kecelakaan lalu lintas yang dialaminya pada 2019 lalu.
Mengutip Kompas.com, Kakak Lura Anna, Grite Irene menjelaskan kalau nadi sang adik sudah tak berdenyut saat tiba di rumah sakit.
"Jam 9 pagi, kami bawa. Jadi kami sampai di RS tu jam 9 lewat. Tapi ternyata pas sampai RS, memang sudah enggak ada nadinya," kata Grite Irene di rumah duka Grand Heaven, Kamis (16/12/2021).
"Dokter sudah coba setengah jam buat balikin (denyut) nadi, tapi ternyata enggak berhasil. Habis itu, Laura dinyatakan meninggal dunia," lanjutnya.
Diketahui Laura Anna kehilangan kemampuan bergerak atau menjadi lumpuh karena didiagnosis fraktur dan dislokasi tulang belakang serviks (Cervical Spine Fractures & Dislocations).
Dirangkum Grid.ID dari Grid Health, fraktur serviks berarti patah tulang di daerah serviks (leher) tulang belakang.
Adapun dislokasi serviks berarti telah terjadi cedera ligamen di leher, dua (atau lebih) tulang belakang yang bersebelahan terpisah secara tidak normal satu sama lain, sehingga menyebabkan ketidakstabilan.
Lebih lanjut, memang pasien dapat mengalami fraktur serviks atau dislokasi, atau keduanya.
Fraktur dan dislokasi tulang belakang leher sering terjadi.
Data menurut sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Lasfargues pada tahun 1995, lebih dari 25.000 patah tulang leher terjadi setiap tahun di Amerika Serikat.
Mayoritas patah tulang dan dislokasi tulang belakang terjadi pada tulang belakang leher.
Sebab ini merupakan bagian yang paling mobile dari tulang belakang dan paling rentan terhadap cedera.
Baca Juga: Jangan Buru-buru Dipijat atau Diurut Ketika Mengalami Cedera Saat Berolahraga, Ini Bahayanya!
Mengenai penyebabnya, patah tulang dan dislokasi serviks bisa diakibatkan dari kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh, kekerasan, sampai aktivitas olahraga.
Bisa juga terjadi akibat benturan tiba-tiba dan atau puntiran leher yang terjadi dalam satu milidetik selama trauma.
Itu semua bisa menyebabkan tulang belakang retak, ligamen pecah (atau keduanya).
Pasien dengan kondisi fraktur serviks biasanya mengalami nyeri leher dan kekakuan yang signifikan.
Akan tetapi, pasien dengan cedera lain mungkin mengeluh nyeri di area lain dan tidak menyadari keparahan nyeri leher.
Kemudian, pasien yang mengalami kompresi atau iritasi neurologis bisa juga mengalami mati rasa atau kelemahan pada lengan dan atau kaki.
Bahkan, fraktur tulang belakang leher bagian atas dan cedera tulang belakang dapat mempengaruhi kontrol neurologis pernapasan.
Baca Juga: Han So Hee Dilarikan ke Rumah Sakit karena Cedera Tulang Rusuk, Apakah Berbahaya?
Akibatnya, pasien mungkin mengeluh kesulitan bernapas atau ketidakmampuan untuk mengambil napas dalam-dalam.
Parahnya, bisa sampai mengalami kesulitan bernapas yang berujung kematian.
(*)
Source | : | Kompas.com,Grid Health |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Devi Agustiana |