"Air untuk minum dan mandi, kami ambil dari parit” kata Semariam.
“Sesekali memang ada truk air perusahaan datang mengantarkan air minum, tapi paling hanya satu kali sebulan,” lanjutnya.
Sangononi Zebua sebagai salah satu buruh juga memberi kesaksian atas meninggalnya 2 orang pekerja dari Nias.
“Keduanya memang dipulangkan oleh perusahaan ke kampung halamannya. Tapi pesangon yang diberikan hanya Rp 3 juta."
"Sudah hidup menderita, matipun hanya dihargai seperti itu,” lanjut Zebua.
Melihat buruknya kondisi buruh di perkebunan sawit milik PT HHM itu, para pekerja sempat pun melawan memberanikan bertemu DPRD dan pemerintah, meski tak luput justru dikriminalisasikan.
Artikel ini telah tayang di laman Intisari dengan judul: 'Sudah Hidup Menderita, Mati pun Hanya Dihargai Sekenanya', Kisah Pilu Pekerja Kebun Sawit Seperti yang Diduga Dikerangkeng oleh Bupati Langkat, Minum dari Parit (*)
Viral Rumah Dijual Rp 27 Juta di Yogyakarta, Kondisinya Horor dan Bikin Merinding, Akan Dibeli Joko Anwar?