Enam bulan terakhir dalam hidupnya, Zeni mengalami penderitaan tak terperi, ia selalu mengeluh sakit, seluruh tubunya digerogoti parasit
Grid.ID - Rebecca Zeni muda adalah tipikal wanita ideal dengan kulit sempurna, alis indah dan bulu mata yang tebal.
Rambutnya yang belah tengah, diikat rapi dan disisipkan di belakang telinganya, khas gadis 'cantik' era 1940 hingga 1950-an.
Dalam lamat ingatan putrinya, kecantikan Rebecca Zeni bak memenuhi setiap sudut ruangan yang ia kunjungi.
Dan lebih dari itu, "Rebecca Zeni merupakan tipikal wanita modern yang keras kepala, pekerja keras, dan berorientasi pada karir," ungkap Mike Prieto, pengacara yang mewakili keluarga Zeni.
Saat kebanyakan wanita muda seusianya dihadapkan pada tuntutan untuk menikah muda dan memiliki anak, gadis asal North Carolina itu hijrah ke Norfolk setelah menamatkan bangku SMA.
Di Norfolk ia bekerja di kawasan pangkalan laut.
Tak lama berselang ia mencari peruntungan di New York, menjadi seorang model sebelum akhirnya menjadi asisten Mike Lewis di CBS News.
Mapan di New York, Rebecca Zeni akhirnya menikah dan memutuskan mengabdi sebagai ibu rumah tangga tulen.
"Hidupnya kala itu menyenangkan dan ia berpikir semua orang punya kehidupan seperti itu," ujar Pamela Puryear, putri Zeni.
Namun puluhan tahun kemudian, wanita penuh semangat itu menemukan dirinya mendekam di panti jompo.
Ia menderita penyakit kulit yang amat parah.
Tungau parasit besarang di bawah kulitnya yang menua, hidup dan bertelur di seluruh tubuhnya.
Tangan kanannya bahkan membusuk dan menghitam, jari-jarinya seakan dapat putus kapan saja.
Kusta yang menginfeksi tubuh Zeni kian parah hingga akhirnya ia menghembuskan nafas terakhir pada 2015 silam di usia 93 tahun.
Kematian Zeni beberapa tahun berselang jadi subjek gugatan yang dilayangkan keluarga Zeni pada PruittHealth, perusahaan yang menaungi lusinan panti jompo, termasuk Panti Jompo Shepherd Hills, tempat Zeni menghabiskan sisa umurnya.
Panti Jompo Shepherd Hills terserang wabah penyakit kudis dalam beberapa tahun terakhir.
Panti jompo itu juga terbukti memiliki riwayat pelanggaran kesehatan dan gagal mengikuti prosedur pencegahan penyakit menular.
Mike Prieto, pengacara keluarga Zeni mengungkapkan, "Enam bulan terakhir dalam hidupnya, Zeni mengalami penderitaan tak terperi, ia selalu mengeluh sakit, seluruh tubunya digerogoti parasit."
Mimpi Buruk
Rebecca Zeni dirawat di Panti Jompo Shepherd Hills sejak tahun 2010.
Kala itu usianya 87 tahun, didiagnosis mengalami demensia, diabetes, dan komplikasi penyakit lainnya.
Puryear, putrinya, tinggal tak jauh dari tempat Rebecca Zeni mendekam.
Ruam di kulit Zeni mulai bermunculan pada medio 2013, tepat saat wabah penyakit kudis menyerang Panti Jompo Shepperd Hills.
Departemen Kesehatan Masyarakat Georgia mencatat sepuluh pasien dan sepuluh staff panti jompo mengalami ruam di kulit mereka, beberapa didagnosis sebagai kudis.
Saat itu, kondisi Zeni kian waktu kian memburuk.
Ruam di tubuhnya menyebar ke kulit, leher, dada, bahu, lengan hingga punggung.
Seorang dokter memerintahkan agar ia diberi Ivermectin, obat infeksi cacing dan krim Elimite yang digunakan untuk mengobati kudis. Nahas, staff panti jompo tak memberikan perawatan dan obat-obatan yang dianjurkan dokter itu, menilik catatan pengadilan.
Menahun mengalami penderitaan tak terperi, Zeni akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada 2 Juni 2015.
Dari hasil pemeriksaan otopsi, diketahui ia meninggal sebab virus Staphylococcus aureus septicaemia, kudis berkusta yang kerap menyerang orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk, semacam orang berusia lanjut.
Sementara itu, menurut catatan Departemen Kesehatan Masyarakat Georgia, penyakit kudis menyebar dengan begitu cepat di panti jompo dan penjara. (*)
Viral, Pernikahan Ini Sajikan Menu Mie Instan untuk Undangan yang Datang padahal Tajir, Tamu: Kami Juga Bawa Bekal Sendiri
Source | : | The Washington Post |
Penulis | : | Aditya Prasanda |
Editor | : | Aditya Prasanda |