Ia mengungkap bahwa sebelum melancarkan aksinya, para pelaku sudah berkali-kali mengadakan rapat.
Rapat itu membahas mengenai persiapan perampokan termasuk latihan untuk melompat setinggi pinggang.
Hal itu dilakukan untuk melatih gerak para pelaku saat melakukan perampokan yang telah mereka rencanakan.
"Sekira awal bulan Agustus 2021 para terdakwa dipertemukan oleh Dian Rahmat (berkas Splitsing) dengan Hendrik Tampubolon (pelaku meninggal saat prarekon) di Gang Patriot Jalan Menteng VII," ujarnya.
"Selanjutnya Hendrik Tampubolon mengajak para terdakwa ke Pinggir sungai denai dan membicarakan tentang rencana melakukan perampokan besar-besaran," lanjutnya.
"Setelah selesai men-survei lokasi Hendrik menjelaskan secara detail rencana sehingga perlu persiapan yang matang, dan latihan melompat setinggi pinggang karena nantinya para terdakwa melakukan perampokan tersebut di tempat ramai dan semakin cepat maka semakin banyak pula yang didapat," jelasnya.
Tak hanya latihan melompat, pelaku Hendri juga melatih para pelaku lain untuk menembak menggunakan senjata untuk melatih para pelaku saat melakukan perampokan itu.
Bahkan, sebelum beraksi, Hendri juga mengajak para pelaku untuk melakukan berdoa bersama agar perampokan itu berjalan dengan lancar.
"Setelah diskusi diruang tamu, Hendrik mengajak Paul masuk ke kamar tengah dan melatih Paul menggunakan Senjata api jenis FN," ungkapnya.
"Setelah paham, Hendrik memanggil Prayogi berdoa lalu menyuruh menggunakan semua sebo, topi dan tas," sambung JPU.
(*)
Viral Rumah Dijual Rp 27 Juta di Yogyakarta, Kondisinya Horor dan Bikin Merinding, Akan Dibeli Joko Anwar?
Source | : | Kompas.com,Tribun Medan |
Penulis | : | Mahdiyah |
Editor | : | Nurul Nareswari |