Laporan Wartawan Grid.ID, Annisa Marifah
Grid.ID — Ritual maut di Pantai Payangan Jember menelan korban jiwa.
Melansir Kompas.com, diketahui bahwa 24 orang asal Jamaah Tunggal Jati Nusantara ini melakukan ritual di Pantai Payangan.
Sayangnya, dari 24 korban, 11 di antaranya meninggal dunia saat terseret ombak besar yang datang sebanyak dua kali.
Kepala Kepolisian Resor Jember AKBP Hary Purnomo, menyebut bahwa motif para korban melakukan ritual ini bermacam-macam.
Sebagian karena motif ekonomi, tapi ada juga lantaran ilmu hitam dan guna-guna.
"Mereka bergabung dengan berbagai tujuan. Ada yang ingin menyelesaikan masalah keluarganya," ungkap Hary.
"Motif ekonomi, kesulitan mendapatkan pekerjaan, atau kesulitan berusaha, ilmu hitam, dan guna-guna," lanjutnya.
Hary Purnomo juga mengungkap bahwa ritual itu awalnya dilakukan di pinggir pantai dan tak sampai masuk ke dalam air.
"Awalnya ritual memang dilakukan di pinggir pantai, tak sampai masuk ke dalam air," kata Hary.
Rombongan ini pun membaca doa-doa, menabur bunga ke laut hingga bergandengan tangan merapat masuk ke dalam air.
"Kemudian di situ mereka membaca doa-doa, lalu melakukan tabur bunga ke arah laut dengan cara bergandengan tangan, satu dengan yang lain, dua barisan merapat sampai masuk ke dalam air," kata Hary.
Kegiatan ini rencananya akan ditutup dengan mandi ke laut guna menyucikan diri.
"Ada kegiatan ritual yang digunakan untuk menyucikan diri dengan cara mandi di air laut tersebut," ujar Hary.
Dilansir Grid.ID dari Tribunwow.com, sosok pemimpin ritual maut ini rupanya terungkap.
Kelompok Tunggal Jati Nusantara berasal dari Desa Dukuh Mencek, Kecamatan Sukorambi, Jember ini bernama Hasan.
Hasan sendiri menjadi salah satu korban selamat dalam ritual maut ini.
Kepala Desa Dukuk Mencek, Nanda Setiawan, mengungkap bahwa pemimpin kelompok tersebut bukanlah seorang kiai atau ustaz.
Nanda menyebut bahwa Hasan sempat merantau ke Malaysia hingga akhirnya kembali pada 2014.
Pekerjaan Hasan pun adalah MC orkes dangdut dan berjualan online.
"Kerjanya kadang-kadang MC dangdut, sementara ini jual online kayak tisu," ujar Nanda.
Selama ini beberapa orang yang datang ke rumah Hasan memang meminta bantuan.
"Kayaknya orang yang datang ke sana itu yang susah, mungkin sakit atau kesulitan ekonomi dan masalah keluarga," ungkap Hasan.
(*)
Gagal Move On dan Tak Terima sang Mantan Pacar Sudah Punya Kekasih Baru, Pria Ini Culik sang Wanita tapi Keciduk Polisi, Begini Akhirnya
Source | : | Tribun Wow,Kompas TV |
Penulis | : | Annisa Marifah |
Editor | : | Nesiana |