Grid.ID – Tuberkolosis atau TBC merupakan penyakit saluran pernapasan yang dapat memberi dampak buruk pada kesehatan.
Penyakit tersebut menjadi perhatian khusus di Indonesia. Pasalnya, Indonesia termasuk dalam daftar tiga negara dengan kasus TBC terbanyak bersama dengan China dan India.
Beredar informasi bahwa TBC merupakan penyakit keturunan sehingga tidak dapat dihindari. Selain itu, karena merupakan penyakit keturunan, penderita TBC tidak bisa sembuh total.
Informasi tersebut tidaklah benar alias mitos. TBC disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penularan bakteri ini terjadi melalui droplet (percikan dahak) saat orang dengan TBC batuk atau bersin, sehingga bakteri tersebut dapat menyebar lewat udara. Apabila orang yang sehat menghirup droplet tersebut, maka bisa saja tertular TBC. Oleh karena itu, TBC bukanlah penyakit keturunan, melainkan penyakit menular.
Orang dengan TBC tetap bisa sembuh asalkan melakukan pemeriksaan ke dokter dan menjalani pengobatan dengan konsisten.
Adapun selain mitos penyakit keturunan, terdapat beragam mitos lainnya yang melekat dengan TBC. Penyakit ini kerap disebut sebagai penyakit orang-orang dari kelas ekonomi bawah dan disebabkan oleh hal mistis seperti guna-guna.
Memercayai mitos-mitos tersebut, banyak orang yang terinfeksi dengan gejala awal enggan berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Padahal, deteksi dini dapat membantu mempermudah pengobatan.
Tantangan lainnya, pada masa pandemi Covid-19, banyak orang enggan berkunjung ke fasilitas kesehatan ketika sakit karena takut divonis Covid-19. Hal ini dikarenakan beberapa gejala TBC hampir sama dengan Covid-19, yaitu batuk.
Batuk merupakan gejala yang sama-sama dimiliki oleh TBC dan Covid-19. Namun, TBC dan Covid-19 memiliki gejala khas yang berbeda.
TBC memiliki gejala batuk lebih dari 14 hari yang terkadang disertai bercak darah, penurunan berat badan, sering berkeringat di malam hari, sesak napas, hingga demam.
Sementara gejala Covid-19, batuk tidak berdahak dan tidak disertai bercak darah. Gejala lainnya adalah demam lebih dari 38 derajat celcius, nyeri sendi, sakit kepala, pilek, hingga kehilangan penciuman dan pengecapan.
Edukasi diri dengan #TOSSTBC
Memahami perbedaan gejala dan tidak memercayai mitos atau labeling terhadap TBC akan membuat penanganan penyakit tersebut menjadi lebih baik. Masyarakat sebaiknya tidak menempelkan stigma negatif terhadap orang dengan penderita TBC, melainkan memberi dukungan moral untuk kesembuhannya.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bersama Stop TB Partnership Indonesia saat ini tengah membuat sebuah kampanye yaitu Temukan Tuberkulosis Obati Sampai Sembuh atau #TOSSTBC. Tujuan kampanye ini adalah mengedukasi masyarakat tentang TBC.
Kampanye #TOSSTBC merupakan bagian dari komunikasi digital #141CekTBC. Melalui situs web https://141.stoptbindonesia.org, masyarakat dapat mengetahui cara mencegah penularan TBC, hingga mendapatkan pemeriksaan yang tepat untuk gejala TBC.
Masyarakat bisa menggunakan berbagai fitur yang tersedia di dalam situs tersebut. Salah satu fitur yang bisa membantu masyarakat mendapatkan informasi lengkap soal TBC adalah Chatbot 141CekTBC. Dengan fitur Chatbot 141CekTBC, masyarakat juga bisa mengetahui lokasi fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan pemeriksaan yang tepat.
Kemudian, masyarakat juga bisa terhubung langsung oleh dokter melalui aplikasi telemedicine Halodoc serta komunitas TBC terdekat. Selain bisa mengunjungi situs tersebut, masyarakat bisa dengan mudah menggunakan fitur Chatbot 141CekTBC ini dengan chat Whatsapp di nomor +628119961141.
Sarankan Pihak Husin Kamal Damai dengan Ratna Sarumpaet, Atiqah Hasiholan: Harus Ada Itikad Baik
Penulis | : | Rizky Hoesien |
Editor | : | Sheila Respati |