Grid.ID - Timnas Gulat Indonesia yang akan dikirim ke Asian Games 2018 yang tengah menjalani pelatihan di Sofia, Bulgaria, hingga pertengahan Juli 2018 mendatang.
Kemarin Dewi Ulfah telah ditampilkan sebagai paling senior diantara enam pegulat putri yang bersama 12 pegulat putra sudah 11 hari ini berada di Sofia.
Kali ini dihadirkan sosok termuda, yakni Mutiara Ayuningtyas. Pegulat kelahiran Malang, Jatim, 24 Agustus 1998 ini tentunya juga diharapkan mampu melakukan pencapaian tertinggi pegulat putri Indonesia di kontes Asian Games, yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
Walau berat namun anak tunggal dari pasangan Yunus Wibisono dan Siti Masruroh ini tetap bersikap optimistis. Ia mengaku akan memperjuangkan kepercayaan yang diamanahkan oleh kepengurusan PP PGSI 2018-2022 pimpinan Trimedya Panjaitan dengan all-out.
Mengukir sejarah dengan menyumbang medali dari kompetisi gulat Asian Games yang maha berat pastilah tidak mudah. Namun, itu tetap harus diperjuangkan.
"Buat apa kita jauh-jauh berlatih di Bulgaria dan cukup lama pula kalau nantinya tidak bisa berjuang maksimal. Pastilah saya dan teman-teman juga akan tampil habis-habisan," papar Mutiara Ayuningtyas di Sofia, Bulgaria. Ayu, sapaan manisnya.
Di kontes gulat Asian Games XVIII/2018 Ayu menjadi kompetitor di kelas 58 kg. Di kelas itu pula ia merebut medali emas pada test-event Asian Games yang digelar medio Oktober 2017 di GOR Ciracas, Jaktim, yang sekaligus menjadi seleksi akhir untuk pembentukan Timnas Gulat Asian Games Indonesia.
Ayu kemudian tampil menawan pada Kejuaraan Gulat Kadet dan Yunior ASEAN 2018, yang digelar awal April di Rayong, Thailand, dengan merebut medali emas di kompetisi kelas 58 kg kategori yunior.
Dari enam pegulat putri di Timnas Asian Games Indonesia hanya Ayu yang berkompetisi di kejuaraan itu, karena usianya masih memungkinkannya ambil bagian di kategori yunior.
Seusai penampilannya di Rayong, Thailand, Ayu tak bisa langsung kembali ke Malang, setidaknya untuk melihat rumahnya, walau pesawat yang ditumpanginya dari Bangkok mendarat di Surabaya.
Ia dan pelatihnya, Fathur Rahman yang ikut mendampinginya ke Rayong, beberapa jam kemudian sudah terbang ke Jakarta karena harus mempersiapkan diri untuk keberangkatan ke Bulgaria.
Pengorbanan yang biasa untuk seorang atlet, tak terkecuali bagi Ayu tentunya. Tidak melihat rumah dan bertemu orangtua untuk sekian lama sudah menjadi hal yang biasa bagi Ayu. Walau begitu, untuk training-camp ke luar negeri dalam waktu terbilang cukup lama, Ayu baru mengalaminya dua kali.
Lanjut Studi S3 di Swiss, Nadia Vega Tak Takut Cowok Minder Buat Dekati Dirinya, Ini Alasannya