Laporan Wartawan Grid.ID, Novia
Grid.ID - Kenaikan harga Pertamax sah diresmikan pada Jumat (1/4/2022) atau hari ini.
PT Pertamina (Persero) resmi menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax menjadi Rp 12.500-Rp 13.000 per liter.
Sebelumnya, harga pertamax diketahui berada pada angka Rp 9.000-Rp 9.400 per liter.
Dikutip dari Kompas.com, Jumat (1/4/2022), PT Pertamina sebelumnya telah mengumumkan kenaikan harga di 16 provinsi di Indonesia.
Namun tidak berselang lama, pertamina kembali merilis kenaikan harga BBM jenis Pertamax di 34 provinsi.
Sementara itu, untuk BBM subsidi seperti Pertalite tidak mengalami perubahan harga atau ditetapkan stabil di harga Rp 7.650 per liter.
Adapun porsi konsumsi BBM subsidi mencapai 83 persen, sementara porsi konsumsi Pertamax sebesar 14 persen.
"Hal ini merupakan kontribusi pemerintah bersama Pertamina dalam menyediakan bahan bakar dengan harga terjangkau," ujar Pjs. Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, SH C&T Pertamina Irto Ginting dalam keterangannya, Kamis (31/3/2022).
Menurut Irto Ginting, Pertamina selalu mempertimbangkan daya beli masyarakat.
Oleh sebab itu, harga Pertamax ini tetap lebih kompetitif di pasar atau dibandingkan harga BBM sejenis dari operator SPBU lainnya.
"Ini pun baru dilakukan dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, sejak tahun 2019," imbuh dia.
Irto mengatakan, dengan harga baru Pertamax, masyarakat diharap tetap memilih BBM Non Subsidi yang lebih berkualitas.
"Harga baru masih terjangkau khususnya untuk masyarakat mampu. Kami juga mengajak masyarakat lebih hemat dengan menggunakan BBM sesuai kebutuhan," ungkapnya.
Kemudian ditambahkan dari Tribunbisnis.com, kenaikan harga BBM Pertamax turut dikomentari oleh sejumlah pengamat ekonomi.
Salah satunya yakni pengamat ekonomi dari Universitas Airlangga Rahma Gafmi.
Menurutnya, kenaikan harga BBM Pertamax ini akan menjadi perbedaan yang cukup kontras dengan Pertalite.
Ketimpangan harga ini, dikhawatirkan Rahma membuat masyarakat pengguna Pertamax beralih ke Pertalite.
Oleh sebab itu, ia menyarankan untuk mencabut semua subsidi pada bahan bakar minyak.
"Lebih baik cabut semua subsidi, Pertalite juga tidak perlu disubsidi, alihkan subsidi pada personal masyarakat yang memang betul-betul kondisinya harus disubsidi," ujar Rahma saat dihubungi, Kamis (31/3/2022).
Rahma menyarankan, subsidi dialihkan langsung ke masyarakat yang membutuhkan agar subsidi tepat sasaran.
Jika tidak, dikhawatirkan Rahma, subsidi ke Pertalite justru tidak tepat sasaran.
"Mungkin jika kenaikan Pertamax tidak terlalu jauh dari harga Pertalite masih bisa ditoleransi masyarakat."
"Namun jika sangat tinggi maka tentu ke depan akan berdampak besar pada kelangkaan BBM," jelas Rahma.
Rahma berharap, pemerintah juga mulai mengembangkan penggunaan kendaraan ramah lingkungan.
Dengan demikian, masyarakat nantinya tidak bergantung pada harga BBM.
"Harga keekonomian Pertamax itu memang murni pengaruh dari kenaikan minyak dunia, apalagi imbas konflik Rusia dengan Ukraina," kata Rahma.
(*)
Nikita Mirzani Sebut Dirinya Tukang Semir, Vadel Badjideh Kini Pamer Punya Karya: Sebagai Pembuktian
Source | : | Kompas.com,Tribun Bisnis |
Penulis | : | Novia |
Editor | : | Mia Della Vita |