Selanjutnya, Deddy bak mengenang masa lalu saat masih malang melintang di TV bahwa analisis penonton seperti itu tidak bisa didapatkannya secara langsung karena tugasnya cuma mengisi acara.
"Hal seperti ini dulu kita sebagai talent, tidak bisa mendapatkan nya.... Baru keluar analisis final nya dari youtube.. Peak in 3 millions," ujar Deddy.
Selama terjun ke dunia hiburan, Deddy Corbuzier tak pernah mengetahui apakah acara TV yang dibawakannya itu laris ditonton publik atau tidak.
Ia hanya bisa mengetahui laku atau tidaknya suatu tontonan hanya berdasarkan rating dan sharing yang didengar dari kru TV.
"Dulu Kita tidak pernah tahu apakah acara kita di TV di tonton orang atau tidak... Bagus atau tidak...kalian suka atau tidak.. Kecuali berdasarkan nilai rating dan sharing yang kita juga dengar dari orang orang yang punya data nya," imbuh Deddy.
Bahkan, data rating tersebut dikeluarkan oleh suatu lembaga untuk menilai layak atau tidaknya sebuah acara.
Apabila suatu acara tak menarik untuk ditonton, maka bisa saja tayangan tersebut langsung gulung tikar alias berakhir.
"Dan tahu kah kalian data itu hanya di keluarkan oleh satu lembaga... Jadi kalau mrk bilang jelek.... Ya loe ngangguk ngangguk aja... Kalau rating dan share loe jelek... Ya Bungkus acara Tv loe," tambahnya.
Namun, semua penilaian tersebut beda halnya dengan sekarang di era disrupsi.
Di era disrupsi yang terjadi perubahan dan inovasi secara masif bisa dikendalikan oleh para konten kreator, khususnya para Youtuber.
Jikalau sebuah tayangan di Youtube jelek, maka para konten kreator masih bisa terus memperbaiki kontennya hingga laris disaksikan penonton.
Larang Ayah Rozak Jadi Calon Wali Kota Depok, Ayu Ting Ting Ngaku Tolak Tawaran Terjun ke Dunia Politik, Ternyata ini Alasannya
Source | : | Instagram,Kontan.co.id |
Penulis | : | Nisrina Khoirunnisa |
Editor | : | Nisrina Khoirunnisa |