Grid.id - Tentu tak seorang pun berharap terpapar virus korona. Tapi bagaimana jika yang terburuk yang terjadi dan kita harus menjalani isolasi mandiri?
Atau, karena hidup berdampingan dengan virus itu sekarang adalah satu-satunya pilihan, bisa pula keadaan melemparkan kita sehingga terpaksa menjalani semacam karantina.
Misalnya dalam proses perpindahan atau perjalanan dari satu daerah ke daerah lain yang jauh.
Nah, jika demikian, apa yang bisa kita lakukan? Mungkin kita bisa belajar dari Aomame—salah satu protagonis dalam karya besar Haruki Murakami yang berjudul 1Q84?
Bagi yang sudah membaca karya ini, pasti langsung teringat masa persembunyian Aomame setelah menjalankan misi berbahayanya.
Gara-gara itu, Aomame terpaksa mengurung diri di suatu kamar apartemen di wilayah Koenji untuk jangka waktu yang belum pasti.
(Episode tentang Aomame yang menjalani hari-hari di kamar 303 ini dapat dibaca di 1Q84 Jilid 2, “Bab 17 | Aomame: Mengeluarkan Tikus” dan seterusnya).
Entah untung entah malang, Aomame memang tidak harus bekerja ketika menjalani karantina. Tapi bukan berarti ia tidak mengerjakan sesuatu. Apa yang dilakukannya?
Yang pertama dan terutama, ia menjaga rutinitas dasar: bangun pagi, sarapan, berolahraga serta mengerjakan tugas rumah tangga, makan siang, makan malam, dan tidur.
Ia bangun sekitar pukul 06.30 pagi dan bersiap tidur pada pukul 10.30 malam—delapan jam sehari. Ia tidak lupa mandi.
Kedua, ia memelihara kesegaran jiwa dan raga.
Bagaimana caranya? Olahraga tentu: Aomame antara lain melakukan senam, yoga, dan kardio dengan mengayuh sepeda statis. Ia juga membaca buku dan mendengarkan musik.
Buku yang dibacanya, karena punya waktu luang yang sangat banyak, In Search of Lost Time karya Marcel Proust—buku yang cocok untuk dibaca seseorang yang masuk penjara atau sembunyi di suatu tempat lama-lama.
Hal lain yang patut dicatat, dari waktu ke waktu Aomame menyeruput beberapa minuman hangat di samping mengkonsumsi air putih dalam jumlah yang cukup.
Minuman hangat yang paling sering dikonsumsi Aomame adalah cokelat dan teh hijau.
Begini cara Aomame meramu cokelat panas: (1) panaskan susu di atas panci; (2) tuang dan larutkan bubuk cokelat ke dalam susu—merek yang ada di laci dapur Aomame: Van Houten; (3) tuang cokelat panas itu ke dalam gelas besar lalu tambahi krim kocok.
Ketiga, hal ini yang menyokong semangat hidup Aomame, dari hari ke hari ia mengenang serta mengingat orang yang dicintainya: Kawana Tengo.
Di sinilah Haruki Murakami menunjukkan apa yang kemudian menjadi kutipan populer dari 1Q84: Kalau kamu bisa mencintai seseorang dengan sepenuh hati, bahkan jika hanya satu orang pun, maka kamu telah menemukan keselamatan dalam hidup!
Di samping inspirasi dari kisah Aomame, masih dari karya Haruki Murakami, kita bisa juga belajar bagaimana menjalani hari-hari yang sendiri dari tokoh utama Membunuh Commendatore.
Novel teranyar Murakami ini sudah selesai diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh penerbit KPG pada Mei 2021 lalu. Karya tersebut terbit dalam dua jilid bersambung: Membunuh Commendatore Jilid I: Idea yang Menjelma dan Membunuh Commendatore Jilid II: Metafora yang Bersalin Rupa.
Dalam Membunuh Commendatore, si tokoh utama adalah seorang pelukis potret yang sedang menuju puncak karier.
Namun tiba-tiba ia diterpa oleh suatu masalah pribadi yang tak pernah diduganya.
Maka ia menyepi di puncak gunung untuk menenangkan hati dan menata ulang jalan hidupnya.
Penasaran kisah selanjutnya dan bagaimana ia menjalani hari-hari seorang diri? Sila nikmati dan baca langsung karya itu!
Info buku:
1. Seri lengkap 1Q84 [https://siapabilang.com/buku-1q84/]
2. Seri lengkap Membunuh Commendatore [https://siapabilang.com/buku-membunuh-commendatore/]
(*)
Nasib Daro Seri Vida, Crazy Rich Malaysia, Terlilit Utang Rp 3,7 Miliar sampai Barang-barang Mewahnya Disita
Penulis | : | Grid |
Editor | : | Irene Cynthia |