Grid.ID - Sukses menjadi miliarder, dokter muda ini justru menyesal dengan jalan hidupnya.
Selama ini sang dokter berjuang keras mengejar karier dan materi.
Namun saat sekarat ia baru menyadari bahwa hartanya tidak bisa memberikan kebahagiaan dan menyelamatkannya dari nasib tragis.
Kisah dokter dengan karier mentereng ini bisa menjadi pelajaran bahkan mengejar materi tidak menjamin hidup bahagia.
Dokter muda itu bahkan tak bisa menikmati hartanya sendiri.
Mengutip Asia One, dokter itu bernama dr. Richard Teo Keng.
Awalnya Richard adalah seorang dokter mata biasa.
Namun setelah memutuskan untuk mulai menekuni bidang kecantikan, dr. Richard seakan langsung meraup materi yang melimpah.
Dengan kekayaannya, dr. Richard mampu membeli berbagai mobil sports mewah seharga miliaran rupiah.
Semenjak muda selalu bekerja keras dan berambisi untuk selalu menang, dr. Richard pun awalnya berpikir jika ia berhasil meraih mewujudkan mimpinya selama ini.
Namun, pandangannya akan kesuksesan mulai berubah saat dirinya divonis mengidap kanker pada 11 Maret 2011 silam.
Kankernya pun bisa dibilang cukup parah, karena telah menyerang paru-paru, tulang belakang, hingga otaknya.
Istri Richard, Teo, mengatakan jika suaminya terus menangis sepanjang malam karena harus menahan sakit yang tak tertahankan.
Tak cuma sakit secara fisik, sang dokter juga tak mampu menahan rasa sakit yang menyerang mentalnya.
dr. Richard merasa uang-uang yang dicarinya selama ini, tak mampu membantunya lolos dari penyakitnya itu.
Awalnya, dokter muda itu tak mau menerima kenyataan, cuma bisa tertidur di atas rannjang rumah sakit.
Namun kemudian, ia merasa menemukan arti kehidupan yang sebenarnya.
dr. Richard, sosok yang terbiasa hidup mewah dan bergaul dengan selebritis ternama, akhirnya mulai refleksi kehidupannya selama ini.
"Setiap tahun baru, aku selalu kendarai Ferrari cuma untuk pamer ke saudara dan teman-temanku. Kau kira itu kebahagiaan sejati? Sejujurnya, itu hanyalah wujud dari dengki, cemburu, dan kebencian."
"Di akhir hidupku, aku tak menemukan kebahagiaan dari harta yang kumiliki, Ferrari-ku, lahan yang kupunya, hingga bisnis yang sukses kubangun," ungkap dr. Richard di penghujung hidupnya, dikutip Grid.ID dari World of Buzz.
Dr Richard menganggap, jika harta-harta yang dimilikinya itu tak mampu menemaninya di akhir hidupnya,
"Ironisnya adalah, semua barang mewah yang kupunya, kesuksesan, penghargaan, mobil, rumah dan semuanya. Aku kira semua itu akan memberiku kebahagian."
"Berpikir tentang semua itu, aku justru tak bisa merasa bahagia., Aku tak bisa memeluk Ferrari-ku saat tidur. Tidak, itu tidak akan pernah terjadi," jelasnya.
Bukan dari harta, dr. Richard mengaku jika ia mampu mendapatkan kebahagian dari orang-orang yang berada di dekatnya.
"Yang memberiku kebahagiaan selama 10 bulan ini adalah interaksiku dengan orang tercinta, teman, dan orang-orang yang memang peduli denganku. Mereka tertawa dan menangis bersamaku, mereka bisa mengerti apa yang tengah kuhadapi," ujarnya.
Jika diberi kesempatan untuk bisa mengulangi hidup, dr. Richard ingin menjadi dokter yang berbeda dari dirinya sekarang.
"Jika bisa, aku pasti bakal menjadi dokter yang berbeda. Karena aku sudah sungguh mengerti akan apa yang dirasakan para pasienku sekarang. Terkadang, kamu harus belajar dengan cara yang sulit," tambahnya lagi.
Namun sayangnya, dr. Richard tak diberi kesempatan untuk mewujudkan penyesalannya itu.
Sang dokter akhirnya tutup usia pada tahun 2012 siilam akibat kanker.
Walau begitu, sang istri, Teo, tetap merasa bangga dengan pandangan baru dr. Richard di penghujung hidupnya.
"Dia ingin para dokter generasi baru bisa mengubah cara berpikir. Dia ingin agar mereka mau merawat para pasien dengan sangat manusiawi dan melakukan pekerjaannya dengan tulus," tutup Teo, istri dr. Richard.
Artikel ini telah tayang di Grid.ID dengan judul Dokter Kaya Raya Menyesal Punya Banyak Harta Sebelum Meninggal karena Kanker, Ini Curahan Hatinya
(*)
Nyesek, Lagi Hamil 6 Bulan Wanita Ini Pergoki sang Suami Selingkuh dengan Ibunya Sendiri hingga Mengandung, Begini Akhirnya
Source | : | Grid.ID |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ulfa Lutfia Hidayati |