Grid.ID – Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan, mobil listrik akan menjadi kendaraan utama selama perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi Group of Twenty (KTT G20) di Bali.
Jumlah unit mobil listrik yang disediakan oleh panitia KTT G20 diperkirakan mencapai 500 unit. Mobil-mobil tersebut akan digunakan sebagai alat transportasi bagi para kepala negara partisipan KTT G20.
Menurut Jokowi, penyelenggaraan KTT G20 di Indonesia dapat menjadi kesempatan untuk menunjukkan komitmen Indonesia dalam mengembangkan teknologi ramah lingkungan, salah satunya kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB).
“Presidensi G20 adalah kesempatan yang sangat baik bagi kita untuk menunjukkan berbagai komitmen terhadap pengurangan emisi karbondioksida (CO2)," kata Jokowi melalui keterangan resmi yang diterima Grid.ID, Kamis (21/4/2022).
Sebelumnya, Jokowi sudah meresmikan dua Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) Ultra Fast Charging di Bali pada akhir Maret 2022.
Sementara itu, Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah menargetkan pembangunan puluhan unit SPKLU di beberapa lokasi strategis di Bali, khususnya di sekitar tempat berlangsungnya KTT G20.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Usman Kansong mengatakan keberadaan mobil listrik pada KTT G20 menunjukkan kesiapan Indonesia untuk memulai transisi ke pemanfaatan energi ramah lingkungan.
“KTT G20 menjadi ajang bagi Indonesia untuk menunjukan komitmen kita dalam mendorong penurunan emisi dengan penggunaan teknologi ramah lingkungan seperti mobil listrik,” ujar Usman.
Usman berharap, Indonesia akan dikenal sebagai salah satu negara yang berani untuk menjadi piloting country dalam melakukan transisi energi.
Oleh karena itu, ia mengajak institusi lain, seperti Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan pemerintah daerah, untuk ikut menggunakan mobil listrik dalam menyambut gelaran KTT G20.
Agenda utama Presidensi G20 Indonesia
Transisi energi merupakan salah satu dari tiga agenda utama yang akan dibahas Indonesia dalam Presidensi G20 sesuai arahan Jokowi. Pembahasan agenda ini bertujuan untuk menciptakan koordinasi dan kesepakatan global terkait perubahan iklim.
Adapun dua agenda lainnya yaitu mengenai arsitektur kesehatan global dengan tujuan mewujudkan pemerataan vaksinasi dan mengenai transformasi digital dengan tujuan mempercepat digitalisasi.
Baca Juga: Rumaket, Mengeksplor Energi Wayang dan Batik untuk Bangkit
Dalam merespons isu perubahan iklim, dunia telah sepakat untuk melakukan transisi energi dengan mengembangkan teknologi ramah lingkungan. Namun, ketersediaan pasokan (supply) energi harus seimbang dengan jumlah permintaan (demand).
Oleh sebab itu, jika supply energi belum mampu memenuhi kebutuhan nasional, maka pemerintah Indonesia akan berupaya untuk menutupi defisit energi yang digunakan saat ini dengan energi yang lebih ramah lingkungan.
Melansir laman G20Pedia, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sendiri telah menetapkan prinsip dan strategi Net Zero Emission yang akan dipresentasikan pada KTT G20.
Strategi itu mencakup lima fokus utama. Pertama, pengurangan penggunaan energi fosil dengan menetapkan carbon tax dan trading, co-firing pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan energi baru dan terbarukan (EBT), serta retirement PLTU.
Baca Juga: Jakarta akan Laksanakan Uji Emisi On The Spot, Lokasinya di 24 Titik
Kedua, terdapat peningkatan pemanfaatan listrik pada rumah tangga dan industri. Ketiga, pemanfaatan carbon capture and storage (CCS). Keempat, peningkatan pemanfaatan EBT. Lalu fokus yang terakhir adalah pemanfaatan kendaraan listrik di sektor transportasi.
Pada KTT G20, Kementerian ESDM juga akan memfokuskan pemaparan terkait isu transisi energi, mulai dari keamanan energi hingga teknologi yang perlu dipertimbangkan.
Sementara itu, Energy Transitions Working Group (ETWG) akan menitikberatkan fokus pada keamanan energi, akses dan efisiensi energi, serta transisi energi untuk menuju sistem energi yang rendah karbon, termasuk investasi dan inovasi pada teknologi yang lebih bersih dan efisien.
Lewat forum besar KTT G20, Indonesia juga berkesempatan mendorong upaya kolektif dunia dalam mewujudkan kebijakan untuk mempercepat pemulihan ekonomi global secara inklusif. Indonesia pun memiliki kesempatan untuk menunjukkan dukungan penuh terhadap transisi energi global.
Seperti diketahui, negara-negara anggota G20 menyumbang sekitar 75 persen dari permintaan energi global. Oleh karena itu, negara-negara tersebut memegang tanggung jawab besar dan peran strategis dalam mendorong pemanfaatan energi bersih.
Penulis | : | Yussy Maulia |
Editor | : | Wandha Nur Hidayat |