Laporan Wartawan Grid.ID, Mahdiyah
Grid.ID - Hari raya Idul Fitri 2022 tak lama lagi akan tiba.
Ya, hari raya Idul Fitri 2022 memang tinggal menghitung hari saja.
Nah, acara halal bi halal tentu akan banyak digelar setelah hari raya Idul Fitri 2022 nanti.
Namun, siapa sangka jika acara halal bi halal yang biasanya berfungsi sebagai acara saling memaafkan ini justru berawal dari sebuah pemberontakan.
Ya, kali ini Grid.ID akan membagikan informasi mengenai sejarah halal bi halal seperti yang sudah dirangkum dari KOMPAS.com dan TribunWow.com pada Sabtu (30/4/2022).
Nah, awalnya, terjadi pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dan PKI di Madiun.
Pemberontakan ini pun mengakibatkan banyak korban jiwa berjatuhan.
Sedangkan, para elite politik yang diharapkan bisa memberi solusi dari pemberontakan ini justru saling menyalahkan.
Bahkan, mereka juga saling bertengkar dan enggan mencari solusi.
Kemudian, Ir. Soekarno pun akhirnya memanggil KH Wahab Chasbullah untuk memikirkan cara agar para elit politik bisa duduk bersama dan mencari solusi.
Dari perbincangan itu, KH Wahab Chasbullah pun memberikan saran agar Presiden pertama Tanah Air itu membuat sebuah acara silaturahmi untuk semua kalangan elit politik setelah hari raya Idul Fitri.
Hal itu pun langsung disetujui oleh Ir. Soekarno.
Kendati begitu, ia kurang setuju dengan menyebutan 'Silaturahmi' yang tampak sudah biasa.
Kemudian, KH Wahab pun menjelaskan alur mengenai nama dari acara tersebut yang berawal dari pemberontakan dan kemudian para elit politik saling menyalahkan.
Ia menegaskan bahwa tindakan saling menyalahkan ini adalah sebuah dosa yang haram dilakukan.
KH Wahab pun menjelaskan mengenai 'Thalabu halal bi thariqin halal', yang berarti sebuah cara menyelesaikan masalah dengan cara saling memaafkan.
"Begini, para elit politik tidak mau bersatu, itu karena mereka saling menyalahkan. Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu haram," ujarnya.
"Supaya mereka tidak punya dosa (haram), maka harus dihalalkan. Mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan. Sehingga silaturrahmi nanti kita pakai istilah 'halal bi halal," jelasnya pada Bung Karno.
Alur penjelasan itu pun akhirnya mengerucut ke sebuah nama yakni 'Halal bi Halal'.
Sejak saat itu, masyarakat Indonesia pun selalu menggelar acara halal bi halal untuk saling memaafkan satu sama lain setelah salat Idul Fitri.
(*)
Source | : | Kompas.com,Tribun Wow |
Penulis | : | Mahdiyah |
Editor | : | Nesiana |