Anung mengatakan, kesiapan masyarakat ini sangat dibutuhkan karena untuk membangun jamban dan membuat septic tank, warga harus membongkar lantai rumah.
”Karena keterbatasan lahan, warga di Malang, misalnya, ada yang terpaksa membobol lantai, membangun septic tank di teras atau di bagian dalam rumah. Bagi warga yang tidak siap dan kurang menyadari nilai penting jamban sehat, jelas hal ini akan sulit dilakukan,” ujarnya.
Pentingnya keberadaan jamban sehat, menurut dia, juga harus disadari oleh banyak pihak di masyarakat.
Karena tidak mungkin terus-menerus mengandalkan bantuan pemerintah dengan anggaran yang terbatas, maka inisiasi untuk membangun jamban ini semestinya muncul dari lingkup masyarakat sendiri dengan bekerja sama dengan berbagai pihak.
Menurut Anung, DKK sangat peduli pada masalah jamban ini karena jamban dan sanitasi yang kurang sehat pada akhirnya juga banyak memicu banyak masalah baru, termasuk tengkes.
Edy Triyanto, pegiat sosial dan pendamping masyarakat yang sebelumnya juga pernah bekerja untuk USAID-IUWASH PLUS, mengatakan, hal penting dalam program pembangunan jamban sehat ini semata-mata bukanlah sekadar menyiapkan teknis pembangunan, melainkan harus terlebih dahulu menyiapkan masyarakat untuk melakukannya.
Banyak orang, menurut dia, sering kali tidak memiliki kesadaran akan fungsi jamban dan justru bangga ketika jamban bisa lama dibiarkan tanpa pernah dilakukan penyedotan tinja.
Padahal, ketika hal itu terjadi, maka jamban diduga bocor dan air limbahnya telah mencemari lingkungan sekitar.
Baca Juga: 'Belum Siap', Pasca Sang Mama Meninggal Dunia, Kalina Ocktaranny Belum Berani ke Rumah Ibunya
Masalah tinja ini, menurut dia, harus diperhatikan pembuatannya secara benar. Pasalnya, sebanyak 1 gram limbah tinja saja sudah mengandung 3 miliar bakteri, sedangkan tiap orang bisa membuang 250 gram tinja
per hari.
Ketua KSM Semali Asri Fahrudin mengatakan, pembangunan 40 jamban keluarga tersebut setidaknya bisa membantu 160 jiwa untuk buang air besar (BAB) secara benar.
Desa Pucungrejo juga masih memiliki pekerjaan rumah, yaitu menggerakkan sekitar 200 keluarga lainnya untuk membangun jamban sehat dan tidak BAB sembarangan.
Penulis | : | Grid |
Editor | : | Winda Lola Pramuditta |