Laporan Wartawan Grid.ID, Mentari Aprellia
Grid.ID - Malam 1 suro atau tanggal 1 Muharram yang merupakan tahun baru Islam memang menjadi hari yang istimewa bagi sebagian masyarakat Jawa.
Perayaan malam 1 suro tentu tak lepas dari masyarakat Jawa yang memang banyak memeluk Islam.
Apalagi kerajaan Mataram Islam yang tempo dulu berkuasa memang mengistimewakan malam 1 suro.
Meski merupakan tahun baru Islam, ternyata banyak mitos menyeramkan yang beredar terkait malam 1 suro.
Penasaran apa saja?
Berikut 5 mitos yang diyakini masyarakat Jawa terkait malam 1 suro.
1. Bisa bertemu arwah leluhur
Dikutip dari Kompas.com, Jumat (29/7/2022), di malam 1 suro manusia bisa bertemu dengan arwah leluhurnya.
Hanya saja, memang ada ritual khusus yang diperlukan untuk melakukannya.
Meski demikian, dilarang untuk melakukan sesuatu yang buruk di malam 1 suro karena bisa mendapatkan sanksi gaib.
2. Hari rayanya makhluk gaib
Dilansir dari TribunJogja.com, Jumat (29/7/2022), seperti halnya umat muslim yang merayakan hari raya saat idul fitri, makhluk gaib pun memiliki hari raya sendiri.
Ya, hari raya disebut-sebut jatuh pada malam 1 suro.
Selain malam pucak 1 suro, selama bulan suro pun disebut-sebut akan banyak makhluk gaib yang berkeliaran.
3.Waktu yang tepat untuk mencari pesugihan
Diakui atau tidak, di Indonesia praktik-praktik mencari kekayaan lewat pesugihan atau penglaris memang masih saja dilakukan.
Dengan eksistensi makhluk gaib yang semakin tampak di malam 1 suro, waktu ini pun dianggap sebagai malam yang tepat untuk menjalani ritual penglaris atau pesugihan.
Termasuk untuk ritual-ritual lain yang melibatkan alam gaib.
4. Tidak menghelat acara di malam 1 suro
Bagi orang Jawa, larangan menggelar acara pernikahan atau khitanan di malam1 suro seolah sudah menjadi rahasia umum.
Bukan hanya di malam puncak 1 suro, selama bulan suro pun banyak yang menghindari untuk menyelenggarakan acara karena dianggap bisa membawa petaka atau kena sial.
5. Harus jalan kaki dari rumah jika ingin mengikuti kirab keraton
Mataram Islam kini telah terbagi menjadi Keraton Surakarta dan Yogyakarta.
Meski telah terbagi, kedua keraton masih melakukan kirab saat malam satu suro.
Nah, untuk orang-orang yang ingin mengikuti acara kirab mitosnya harus berjalan kaki dari rumah sampai keraton.
Hal ini dilakukan untuk menghormati arwah leluhur.
Apabila menggunakan kendaraan, seperti motor, mobil dan lain-lain maka akan dikhawatirkan arwah merasa terusik.
Baca Juga: Viral Ritual Topo Pendem Mbah Pani Asal Pati, Dikubur Hidup-hidup Pakai Kain Kafan di Bulan Suro
(*)
3 Tahun Menghilang, Li Ziqi Akhirnya Comeback, Ini 5 Fakta Sang YouTuber Cantik Nomor 1 di China dan Alasan Sempat Hiatus
Source | : | Kompas.com,Tribun Jogja |
Penulis | : | Mentari Aprelia |
Editor | : | Silmi |