Laporan Wartawan Grid.ID, Annisa Marifah
Grid.ID - Hasil autopsi Brigadir J seolah membuka titik terang kasus kematian sang polisi.
Dilansir Grid.ID dari Tribunnews.com pada Minggu (31/7/2022), pengacara mengungkap hasil autopsi Brigadir J.
Hasil autopsi Brigadir J diungkap setelah sebelumnya makam sang polisi dibongkar guna mencari kebenaran kasus ini.
Tim dokter forensik RS Sungai Bahar mengungkap temuan dalam autopsi polisi pemilik nama Nofriansyah Yosua Hutabarat yang digelar pada Rabu (27/7/2022).
Di kepala bagian polisi itu ditemukan lubang seperti tertembus peluru, luka itu seolah tembus sampai ke mata dan hidung.
Selain itu, otak Brigadir J juga sudah pindah ke perut ketika autopsi ulang dilakukan.
"Yang dilaporkan kepada ahli kita pertama, ketika kepalanya dibuka otaknya sudah tidak ditemukan," ungkap Kamaruddin Simanjuntak, pengacara keluarga Brigadir J.
Selain itu ditemukan pula 6 retakan di tengkorak Brigadir J yang bisa disebabkan oleh tembakan atau pun hal lain.
Selain di kepala, terdapat pula 4 lubang tembakan dicurigai karena penembakan.
Daging di bahu Brigadir J juga ditemukan terkelupas dan diduga ahli forensik karena tembakan peluru.
Lengan bagian bawah dan jari serta kuku kelingking dan jari manis ditemukan patah.
"Itulah secara umum, tetapi sebenarnya masih banyak lagi temuan-temuan, tapi itu semua sudah diaktakan notaris," ujar Kamaruddin Simanjuntak.
Melansir dari Kompas.com, hingga saat ini penyelidikan soal kematian Brigadir J masih dilakukan.
Sejumlah kejanggalan dan misteri masih menyelimuti kematian Brigadir J.
Menurut kronologi polisi, Brigadir J yang merupakan personel Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri yang diperbantukan di Propam sebagai sopir Ferdy Sambo.
Saat bertugas di rumah Ferdy Sambo, daerah Duren Tiga, Jakarta Selatan, pada Jumat (8/7/2022), Brigadir J dituding melakukan pelecehan seksual terhadap Putri Candrawati.
Tujuh ajudan Irjen Ferdy Sambo, termasuk Bharada E yang menembak Brigadir J memberi keterangan.
Bharada E disebutkan refleks menembak karena Brigadir J menembak terlebih dahulu.
"Karena situasinya cepat, ini soal reflek. Ini kejadian cepat. (Bharada E) hanya berpikir bagaimana merespons yang dilakukan Brigadir Yosua dan lain sebagainya,” kata Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara.
Selain itu, ditemukan pula CCTV yang mati pada hari kejadian perkara.
"Kalau rusak misalnya, kenapa rusak, bisa ditarik ataukah tidak, bisa ngerekam atau tidak dan sebagainya, minggu depan itu bagian yang akan kami dalami dengan labfor (laboratorium forensik) dan siber," ujar Anam.
Irjen Ferdy Sambo dan sang istri pun dipastikan akan ikut diperiksa guna menemukan kebenaran kasus ini.
(*)
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Annisa Marifah |
Editor | : | Ayu Wulansari K |