Elmiati mengungkap bahwa saat kerusuhan mulai terjadi, sang suami mengajaknya untuk pulang lantaran khawatir anak mereka terkenal gas air mata.
"(Lontaran bola gas air mata) iya ke arah tribun. Lontaran itu masuk ke kerumunan penonton. Suami saya mengajak pulang; ayo pulang aja, selak adik keno gas (keburu anak terkena gas). Posisi itu sudah ricuh," ujarnya.
Saat ia hendak keluar melalui pintu gerbang, tiba-tiba supporter lain pun juga berdesakan untuk keluar tribun.
Ia dan sang suami pun terjebak di tengah dan kesulitan untuk keluar tribun.
"Posisi saya ada di pinggir, di tangga pegangan biru-biru (pegangan anak tangga)itu," terangnya.
"Suami saya berada di dekat pintu gerbang. Suami saya berada di baris kedua dekat pintu gerbang (yang tertutup)," lanjutnya.
Elmiati pun mengaku sudah putus asa melihat kerumunan orang yang kesulitan menyelamatkan diri.
Bahkan, sang suami dan anak balitanya pun mendadak hilang tak terlihat.
Dengan situasi yang mencekam, dirinya bahkan mengaku sudah pasrah jika saat itu ia meninggal dunia.
"Saya juga sudah pasrah kalau nanti ikut meninggal, saya meninggal dengan suami dan anak saya," kata dia.
"Pikiran saya cuma begitu," jelasnya.
Terlebih lantaran Elmiati menyaksikan orang-orang meninggal dunia di depan matanya.
"Itu (orang-orang) masih teriak-teriak. Ada yang keluar busa. Ada yang sekarat. Saya lihat sendiri," sambung dia.
Sedangkan, sang suami dan anaknya pun ditemukan sudah meninggal dunia selang 3 jam usai kerusuhan itu terjadi.
(*)
Ngamuk Saat Tak Diberi Uang, Pengemis di Bogor Ini Malah Ketahuan Lagi Top Up: Ngegas Gak Dikasih
Source | : | Kompas.com,Suryamalang.com |
Penulis | : | Mahdiyah |
Editor | : | Ayu Wulansari K |