Laporan Wartawan Grid.ID, Mahdiyah
Grid.ID - Tragedi Kanjuruhan memang menyisakan duka mendalam bagi banyak orang.
Terlebih keluarga yang ditinggalkan para korban meninggal dunia.
Dikutip Grid.ID dari KOMPAS.com pada Kamis (6/10/2022), tragedi ini terjadi pada Sabtu (1/10/2022).
Bahkan, lebih dari 100 nyawa melayang akibat kerusuhan ini.
Insiden ini diketahui terjadi usai pertandingan bola antara Arema FC VS Persebaya.
Bahkan, tragedi ini disebut menjadi yang terbesar di Tanah Air.
Para korban diketahui meninggal dunia lantaran terinjak-injak supporter lain.
Tak hanya itu, banyak pula yang meninggal lantaran sesak napas karena gas air mata yang dilontarkan petugas.
Salah satu yang menjadi korban meninggal dunia adalah putri dari Siti Mariam.
Dikutip Grid.ID dari WARTAKOTAlive.com pada Kamis (6/10/2022), korban diketahui berusia 25 tahun.
Siti mengungkap bahwa awalnya ia sempat melarang sang putri untuk pergi ke Malang.
Dirinya pun bersikeras agar anaknya itu tidak pergi menonton pertandingan Arema saat itu.
Namun, mendiang seakan meyakinkan bahwa ia akan pulang pukul 22.30 WIB.
"Sama saya sudah dilarang, enggak boleh," ujarnya.
"Itu kok maksa gitu loh, maksa terus sampai mau berangkat habis magrib," ujarnya.
Ia juga ingat betul bahwa sang putri sudah berjanji untuk segera pulang ke rumah.
"Katanya nanti saya pulang pukul 22.30 WIB, katanya begitu," sambungnya.
Hingga lewat jam yang dijanjikan, sang putri pun tak kunjung pulang.
Namun, Siti pun masih tetap menunggu sang putri untuk segera pulang.
Pukul 03.00 dini hari, pintu rumahnya pun diketuk.
Sayang, bukan sang putri yang pulang, namun kabar buruk bahwa anaknya menjadi korban kerusuhan di Kanjuruhan.
Siti pun berderai air mata mengingat janji anaknya untuk pulang ke rumah.
Ia juga teringat larangannya pada sang putri untuk tidak pergi.
"Saya ingat, saya enggak bisa kalau anak saya itu," ujarnya.
(*)
Source | : | Kompas.com,Wartakotalive.com |
Penulis | : | Mahdiyah |
Editor | : | Ayu Wulansari K |