"Ini pengalaman yang sangat buruk," kata salah satu pekerja yang direkrut.
Buruh itu menolak menyebutkan namanya karena takut akan membuat marah atasannya.
"Koordinator kami menyuruh kami datang ke sini sebelum jam 9 pagi, tetapi tidak ada orang di sini," kata dia.
Mereka hanyalah sebagian kecil dari pasukan pekerja bergaji rendah yang disewa Qatar untuk mempersiapkan negara itu menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
Organisasi hak asasi manusia memperkirakan beberapa ribu migran telah meninggal akibat cedera, kepanasan, dan masalah kesehatan saat Qatar mulai membangun stadion senilai 200 miliar dolar AS untuk mempersiapkan Piala Dunia 2022.
Namun Qatar membantah kabar tersebut. Pihaknya menyebutkan bahwa hanya beberapa pekerja yang meninggal terkait pekerjaan.
Di luar itu, buruh meninggal karena sejumlah faktor seperti usia hingga cuaca.
Tapi pada Minggu kemarin, ada sekitar 20 wanita asal Filipina yang disewa untuk menjual syal juga mengaku ditelantarkan.
Tiga jam setelah tiba di stadion, mereka tidak menemukan perusahaan yang mempekerjakan mereka.
"Kami sudah berjalan terlalu jauh, ini tidak bagus," kata salah seorang wanita.
Mereka juga sudah mencoba menghubungi perwakilan perusahaan namun tanpa hasil.
(*)
Source | : | New York Times |
Penulis | : | Mia Della Vita |
Editor | : | Silmi |