Laporan Wartawan Grid.ID, Mentari Aprellia
Grid.ID - Pesta pernikahan Kaesang Pangarep yang merupakan anak bungsu Presiden Jokowi memang tergolong unik lantaran berbeda dari kedua kakaknya.
Ya, pesta pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono akan digelar di Loji Gandung dan Pura Mangkunegaran.
Padahal pernikahan dua kakak Kaesang Pangarep, yaitu Gibran Rakabuming Raka dan Kahiyang Ayu digelar di Graha Saba Buana.
Soal pesta pernikahan Kaesang dan Erina yang digelar di Pura Mangkunegaran, Menteri BUMN Erick Thohir pun menjelaskan alasannya.
"Ini bagian dari pembelajaran pembangunan kultur dan budaya mempromosikan sejarah kita."
"Aset ini sejarah besar kita," jelas Erick dilansir dari TribunVideo.com, Selasa (29/11/2022).
Menurutnya, bangunan bersejarah perlu dihidupkan dengan berbagai event.
Putri Mangkunegara IX, Gusti Raden Ajeng Ancillasura Marina Sudjiwo atau biasa dipanggil Gusti Sura pun membeberkan bahwa ini adalah kali pertama pesta pernikahan orang biasa dihelat di Pura Mangkunegaran.
Lantas, bagaimana sebenarnya sejarah Pura Mangkunegaran yang merupakan pecahan Keraton Surakarta?
Berikut kisah sejarah Pura Mangkunegaran yang sudah berusia 265 tahun seperti dilansir dari Kompas.com, Selasa (29/11/2022).
Pura Mangkunegaran dibangun pada tahun 1757 oleh Raden Mas Said atau yang dikenal dengan Pangeran Samber Nyawa.
Pura ini dibangun setelah Akad Salatiga yang mengawali pendirian Praja Mangkunegaran pada tanggal 13 Maret 1757.
Dua tahun sebelumnya, Akad Giyanti membagi pemerintahan Jawa menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta oleh VOC (Kompeni) pada tahun 1755.
Kerajaan Surakarta terpisah setelah Pangeran Raden Mas Said terus memberontak pada VOC (Belanda).
Ketika naik tahta Raden Mas Said sebagai Mangkunera I dan mendirikan wilayah kekuasaannya di sebelah barat tepian Sungai Pepe (Kali Pepe) di pusat kota yang sekarang bernama Solo.
Pura Mangkunegaran lantas mengalami beberapa perubahan selama puncak masa pemerintahan kolonial Belanda di Jawa Tengah yang terlihat pada arsitektur bergaya Eropa.
Pura menghadap ke Selatan dan dibagi menjadi tiga halaman.
Halaman pertama dari sebelah Selatan berupa Pamedan, yaitu lapangan perlatihan prajurit pasukan Mangkunegaran.
Disebelah Timur Pamedan terdapat bangunan Kavaleri Artileri yang berlantai dua.
Pintu gerbang kedua menuju halaman dalam terdapat Pendopo Akbar yang berukuran 3.500 meter persegi yang mampu menampung lima sampai sepuluh ribu orang.
Kemudian untuk pendoponya didominasi dengan bangunan dari kayu yang diambil dari perbukitan Wonogiri.
Menariknya, bangunan ini didirikan tanpa menggunakan paku.
Di pendopo ini terdapat empat set gamelan, satu dipakai secara rutin dan tiga lainnya dipakai hanya pada upacara khusus.
Pendopo didominasi warna kuning dan hijau yang merupakan warna pari anom (padi muda), warna khas keluarga Mangkunegaran.
(*)
Anti Hedon, Sederhananya Putra Inul Daratista, Rela Jajan Sehari Cuma Segini Walau Sang Ibu Bergelimang Harta
Source | : | Kompas.com,TribunVideo.com |
Penulis | : | Mentari Aprelia |
Editor | : | Silmi |