Wartawan Grid.ID, Mentari Aprellia
Grid.ID - Soal maling yang melakukan aksi pencurian di sebuah rumah tentu sudah menjadi berita yang sering terdengar.
Namun, bagaimana jika maling justru menyasar keraton atau istana yang merupakan tempat tinggal raja?
Kejadian ini rupanya benar-benar terjadi di Indonesia, tepatnya di Solo, Jawa Tengah.
Seorang maling nekat masuk dan melakukan aksinya di Keraton Kasunanan Surakarta.
Mendengar kabar tempat cagar budaya tersebut dimasuki maling, Kombes Pol Iwan Saktiadi yang merupakan Kapolresta Solo pun sampai turun tangan langsung untuk mengecek lokasi.
Dilansir dari TribunSolo.com, Minggu (18/12/2022), menantu Pakubuwono XII, KPH Eddy Wirabhumi, tak menampik kabar itu.
Wirabhumi bahkan memberikan laporan soal kemalingan itu di depan Kapolresta Solo.
"Abdi dalem yang ada di dalam sampai diancam pakai pisau," kata Wirabhumi
Wirabhumi mengatakan, pelaku masuk sekitar pukul 14.30 WIB.
Seorang abdi dalem Keraton, bernama Atun, kata Wirabhumi menjadi saksinya.
"Mbok Atun ini dicekik lehernya, lalu ditodong pakai pisau. Pelaku bilang diam atau mati," ujar Wirabhumi
Wirabhumi mengaku belum secara detail memeriksa apa saja barang yang hilang.
Tapi, menurutnya, sejumlah kotak perhiasan, termasuk alat makan berbahan perak, hilang.
Menariknya, meski sudah diketahui keberadaannya, maling tersebut diyakini justru bersembunyi di area keraton yang sangat luas.
Hal ini lah yang kemudian mendorong Wirabhumi untuk melaporkannya kepada polisi dan meminta kepada pihak berwajib untuk menangkap pelaku.
Sekadar informasi, Keraton Solo yang menjadi kediaman keluarga Raja Pakubuwono secara turun temurun kini sudah menjadi bangunan cagar budaya.
Dikutip dari Kompas.com, Minggu (18/12/2022), Keraton Solo didirikan oleh Pakubuwono II.
Keraton ini dibangun sebagai pengganti pengganti Keraton Kartasura yang hancur akibat Geger Pecinan pada 1743
Sampai saat ini, Keraton Surakarta berfungsi sebagai tempat tinggal sunan dan rumah tangga kerajaan yang masih menjalankan tradisi kesunanan. Bangunan bersejarah ini merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Mataram Islam yang terletak di Kota Surakarta.
Pada 1743, peristiwa Geger Pecinan yang dipelopori oleh penduduk Tionghoa menghancurkan Keraton Kartasura.
Pakubuwono II yang menjadi sasaran pemberontak karena berpihak kepada Belanda pun terpaksa melarikan diri ke Ponorogo.
Sekembalinya ke Kartasura, Pakubuwono II memerintahkan pemindahan keraton dari Kartasura ke Desa Sala.
Desa Sala dipilih karena beberapa faktor, tetapi utamanya karena posisinya yang dekat dengan Sungai Bengawan Solo.
Sungai ini dapat berfungsi sebagai penghubung untuk memperlancar aktivitas ekonomi, sosial, dan politik kerajaan.
Pada 1746, Keraton Surakarta di Desa Sala mulai ditempati meskipun pembangunannya belum sepenuhnya selesai.
Pakubuwono II mendiami keraton sampai hari wafatnya, yaitu pada 1749.
Setelah itu, pembangunan Keraton Surakarta dilanjutkan oleh para penerusnya dan ditambahkan bangunan seperti Masjid Agung, Sitihinggil, dan Pintu Srimanganti.
(*)
5 Arti Mimpi Pakai Baju Ungu, Simbol Keberuntungan atau Justru Kesialan? Simak Penjelasannya
Source | : | Kompas.com,TribunSolo.com |
Penulis | : | Mentari Aprelia |
Editor | : | Silmi |