Grid.ID- Bharada E disebut memiliki kecenderungan memiliki gejala Hipomania Dominan atau kondisi perubahan emosi secara drastis dalam waktu singkat.
Hal itu disampaikan ahli psikologi klinis, Liza Marielly Djaprie dalam sidang lanjutan kasus pembunuhan Brigadir J, Senin (26/12/2022).
Kala itu, Liza ditanyai soal relasi kuasa dan kepatuhan Bharada E dengan atasannya.
"Memperlihatkan kalau dalam waktu beberapa terakhir ini, Richard memiliki gejala yang menjurus kendala psikologis tertentu."
"Profil klinis menunjukan, ia (Bharada E) memiliki kecenderungan Hipomania Dominan."
"Kenapa sampai Hipomania? Karena ada emosi yang secara mudahnya kita katakan flip, dari takut yang luar biasa kemudian ke spektrum lain, menjadi sangat bersemangat dan berenergi untuk melakukan sesuatu," ujar Liza, Senin, di persidangan dikutip dari youTube KompasTv.
Liza menyatakan, Hipomania Dominan adalah topeng di balik kecemasan.
"Tapi tentu saja karena masalahnya belum selesai, Hipomania ini adalah topeng yang dibawahnya adalah kecemasan," tuturnya.
Hasil tersebut berdasarkan tes psikologi untuk menilai kepribadian dan psikopatologi seseorang (assesment MMPI).
Gejala itu juga diperkuat dengan Bharada E yang memiliki kecenderungan untuk patuh dan menghindari konflik.
Di mana justru hal tersebut yang justru tidak menyelesaikan sebuah masalah.
Akibat kecenderungan rasa patuh itu, Bharada E dapat melupakan sisi analisa dan deduktifnya.
"Secara umum dia mampu untuk menerima gagasan baru, kecenderungan anliasanya juga baik."
"Karena punya kecenderungan patuh pada lingkungan, sehingga dia bisa melupakan sisi analisa dan deduktifnya ini," tutur Liza.
Bharada E Orang yang Patuh dan Menghindari Konflik Sejak Kecil
Bharada E juga disebut ahli psikologi klinis sebagai orang yang patuh.
Kepatuhan itu diungkapkan sudah ada di dalam diri Richard sejak kanak-kanak.
Hasil tersebut diperoleh dari assesment psikologi terhadap Bharada E dan orang-orang terdekatnya, termasuk orang tua.
"Itu menyatakan Richard dari kecil memang anak yang cenderung patuh, manis, selalu mencoba untuk menolong," kata Liza, Senin.
Dari proses assesment itu, Liza mengungkapkan sebuah cerita mengenai Bharada E saat duduk di bangku sekolah dasar (SD).
Saat itu Bharada E pulang ke rumah sembari menangis usai bertengkar dengan temannya.
Begitu ditanya ibunya kenapa tak melawan, Bharada E hanya menjawab tidak apa-apa.
"Dia menjawab udahlah tidak apa-apa, biarin aja," kata Liza menceritakan kembali jawaban dari orang terdekat Bharada E .
Dari cerita tersebut dan proses assesment lainnya ditarik kesimpulan bahwa Bharada E merupakan sosok yang cenderung menghindari konflik.
"Jadi kita punya karekter tertentu. Salah satu yang dari kecil ada pada diri Rihcard adalah patuh, avoiding conflict atau menghindari konflik, dan cenderung nurut saja," ujarnya.
Tak hanya karakter semasa kecil, Liza juga membeberkan kondisi Bharada E saat pertama kali menjalani assesment psikologi.
Saat itu disebut bahwa Bharada E tampak dalam kondisi cemas.
Kecemasan itu tergambar dari perilaku yang ditunjukkan Richard yaitu banyak memainkan tangan dan menghindari kontak mata.
"Pada saat pertama bertemu itu, menurut pengamatan kondisinya masih sangat cemas. Jadi dia banyak sekali mainin tangan. Kemudian menjaga tidak ada kontak mata," katanya.
Namun pada pertemuan-pertemuan lanjutan, kondisi Bharada E secara psikolgis diungkap Liza lebih baik.
Terutama setelah adanya pendampingan dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).
(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Ahli Psikologi Sebut Bharada E Miliki Gejala Hipomania Dominan
Viral, Pembeli Curhat Disuruh Bayar Biaya Pakai Sendok dan Garpu Saat Makan di Warung Mie Ayam, Nota Ini Jadi Buktinya
Source | : | Tribunnnews.com |
Penulis | : | Mia Della Vita |
Editor | : | Nesiana |