Erica mencoba menghadirkan A Piao yang dulunya hadir di Majalah ke media baru berupa lukisan-lukisan baru yang di dalamnya hadir A Piao bersama dengan ornamen lain yang tidak akan pernah kita temui di Majalah Star Weekly.
Merespon karya lama merupakan bentuk kehormatan akan kehadiran dan sejarah karya tersebut dengan pembacaan hari ini.
Si A Piao telah lama menghilang dari masyarakat, rentang waktu antara tahun 1961 sampai tahun 2023 lebih dari enam puluh tahun, generasi pembaca asli A Piao tentu sebagian besar sudah tidak ada, masyarakat berganti generasi, itu berarti juga ada perubahan masyarakat dalam melihat kartun yang dulu pernah hadir.
Maka kehadiran pameran Si A Piao bersama lukisan-lukisan Erica merupakan upaya membaca kembali Si A Piao dalam tafsir dulu mau pun saat ini.
Pada tahun 1950-1961, Si A Piao berhasil membuat para pembaca Star Weekly tersenyum.
Ini cukup menyegarkan di tengah rangkaian laporan serius tabloid, seperti olahraga, sejarah, kuliner, komik, cerita silat, sastra, film, ulasan seni rupa.
Karakter itu menjadi kegemaran yang selalu ditunggu tiap akhir pekan oleh anak-anak era 1950-1960-an.
Berkat Si A Piao, "Star Weelky" menjadi lebih santai dan manusiawi.
Mengutip sinolog Universitas Indonesia (UI) CM Hsu, Si A Piao patut diingat karena selama bertahun-tahun telah membagikan kegembiraan bagi masyarakat Indonesia.
Kartun semacam ini masih relevan untuk ditengok kembali di tengah kehidupan bangsa Indonesia masa kini yang juga kerap bikin kening berkerut.
Beruntung Bentara Budaya Yogyakarta mendapat kesempatan untuk menggelar “Pameran Gambar Lelucon Goei Kwat Siong: Si A Piao”, 21-28 Februari 2023.
Baca Juga: Kelas Perdana Laboratorium NFT Bentara Budaya Powered by Astra Dimulai
Ada ratusan kartun strip Si A Piao terbitan tahun 1950-1961.
Bustomi dan Wiediantoro berjibaku mengumpulkan semua itu dari berbagai sumber.
Pergelaran semakin asyik dengan pelukis Erica yang merespons kartun strip ini dalam kreasi baru. (*)
Penulis | : | Grid. |
Editor | : | Okki Margaretha |