Grid.ID - Setelah lama absen akibat masa pandemi, Pasar Yakopan yang sempat rutin mengiringi perayaan ulang tahun Bentara Budaya setiap bulan September, kini hadir dengan suasana dan nuansa baru.
Dengan semangat memberi arti kesejarahan Bentara Budaya yang mengapresiasi karya dan kerajinan seni pinggiran, Pasar Yakopan diselenggarakan secara berkala sesuai penanggalan Jawa, yakni Sabtu Pon, yang merupakan weton kelahiran Bapak Jakob Oetama, salah satu Pendiri Kompas Gramedia.
Pasar Yakopan bukan sekadar lokasi pertemuan antara penjual dan pembeli melainkan ruang perjumpaan gagasan dan ide.
Salah satu hal yang dikedepankan bukanlah transaksi melainkan interaksi antarmanusia.
Karenanya, selain lapak seni, kerajinan, dan kuliner, hadir pula di sini bentuk kreasi yang luwes, serta diskusi-diskusi yang semoga memperkaya wawasan.
Deskripsi Pasar Yakopan
Yakopan berasal dari nama pendiri Kompas, Jakob Oetama. Pasar Yakopan dulunya diadakan setiap ulang tahun Bentara Budaya.
Pasar Yakopan merupakan bentuk pasar tradisional yang diadaptasi dalam bentuk pasar versi Bentara Budaya.
Pasar Yakopan memberikan tempat bagi para pedagang kecil, para perajin yang rata-rata tinggal di pinggiran Yogyakarta, dihadirkan dalam Pasar Yakopan.
Kehadiran para perajin ini merupakan bentuk kepedulian Bentara Budaya pada mereka yang berjuang dan mengabdikan dirinya pada kesenian-kesenian pinggiran.
Pinggiran tidak hanya dari sisi lokasi, namun pinggiran dalam arti tidak banyak kesempatan untuk tampil di publik yang lebih luas.
Baca Juga: Mengenang Remy Sylado, sang Seniman yang Serba Bisa
Semangat ini merupakan semangat awal dari Bentara Budya ketika pertama kali berdiri di Yogya pada tahun 1982.
Barang-barang yang diperjualbelikan di Pasar Yakopan antara lain ; wayang, buku, batik, lurik, keris dan berbagai karya rupa lainnya.
Selain itu Pasar Yakopan juga memberi ruang untuk seni pertunjukan dengan menghadirkan panggung di depan, panggung bisa dimanfaatkan bagi seni pertunjukan untuk pementasan yang menarik penonton.
Makna ulang tahun sering kali dipahami sebagai ucapan syukur dan pesta, maka makna itu bukan hanya milik Bentara Budaya, tapi milik mereka yang selama ini ikut membantu Bentara Budaya sebagai ruang berekspresi seni.
Maka Pasar Yakopan merupakan ruang untuk mereka yang selama ini membantu Bentara Budaya.
Kalau melihat perjalanan Bentara Budaya dapat dilihat dari awal Bentara Budaya memberikan ruang untuk seni seni pinggiran.
Seni pinggiran hadir dari akar rumput, mereka ini tidak memiliki modal besar, tidak punya jaringan ke pasar yang lebih luas. Namun mereka ini memiliki semangat untuk terus bertahan, dan hadir dari banyak perubahan.
Seni pinggiran terlebih seni tradisi memiliki akar yang kuat di masyarakat, dalam berbagai hal seni-seni tradisi mampu beradaptasi dengan perubahan jaman, namun ada juga seni tradisi yang mencoba konsisten dengan ketradisiaan dikarenakan ada nilai yang tidak mungkin ditinggalkan.
Tjitro Waloejo, seorang pelukis rakyat yang tampil di Bentara Budaya tahun 1982 merupakan contoh seniman pinggiran yang mencoba konsisten dengan karya – karyanya. Lukisannya yang menggambarkan tentang kebiasaan masyarakat Jawa berupa kesugihan merupakan cermin kehidupan yang sampai sekarang masih terjadi.
Tjitro Waloejo merupakan contoh seniman yang dihadirkan Bentara Budaya, dan itu juga yang dibawa Bentara Budaya di Pasar Yakopan.
Tuna Satak Bathi Sanak, sebuah pepatah Jawa yang kurang lebih bukan keuntungan yang kita dapat, namun persaudaraanlah yang terjalin.
Baca Juga: Penerbit Kepopuleran Gramedia Luncurkan Novel Rasina di Bentara Budaya Jakarta
Itulah kurang lebih Pasar Yakopan dihadirkan kembali, seandainya ada keuntungan disyukuri, tapi persaudaraan jauh lebih penting.
Sudah lama kita secara lebih luas tidak merasakan hal itu. Selamat bersuka cita di Pasar Yakopan. (*)
Heboh, YouTuber Asal Thailand Ini Nyamar di Indonesia, Ternyata Nipu hingga Rp 931 M dan Pengin Jadi Idol Kpop, Begini Akhirnya
Penulis | : | Grid. |
Editor | : | Okki Margaretha |