Grid.ID - Belakangan marak kasus perselingkuhan yang terjadi di kalangan masyarakat tak terkecuali para publik figur.
Seperti baru-baru ini di mana adik dari Raffi Ahmad, Syahnaz Sadiqah diduga telah berselingkuh dengan lawan mainnya di FTV.
Padahal, selingkuhan Syahnaz Sadiqah tersebut sudah memiliki istri serta anak-anak yang bahkan masih balita.
Selingkuh menjadi sebuah perilaku yang melanggar komitmen sepasang kekasih, yang tentunya amat sangat dikhawatirkan jika terjadi pada setiap rumah tangga.
Perselingkuhan kerap disebut sebagai penyakit yang suatu saat akan kambuh lagi. Untuk itu, kebiasaan selingkuh umumnya tidak mudah hilang.
Saking sulitnya hilang, ketidaksetiaan yang dimiliki seseorang layaknya zat yang masuk ke tubuh dan mendarah daging.
Namun, apakah faktor genetik memang menyebabkan seseorang lebih mudah selingkuh?
Ternyata, kebiasaan selingkuh memang bisa jadi dipengaruhi oleh gen hasil warisan genetik.
Dikutip dari WebMD, ada sebuah gen "ketidaksetiaan" bernama D4 polymorphism atau DRD4.
Gen ini berperan dalam pembuatan dopamin, hormon yang diproduksi otak saat seseorang gembira atau senang.
DRD4 juga berhubungan dengan perilaku mencari sensasi, pergaulan bebas, dan perselingkuhan.
Setiap orang lahir membawa DRD4. Namun, bakat perselingkuhan ditentukan oleh varian serta ukuran dari gen DRD4.
Baca Juga: Syahnaz Sadiqah Diisukan Selingkuh, Intip 4 Gaya Adik Raffi Ahmad yang Seksi dan Modis bak ABG!
Merujuk penelitian terhadap 181 responden dalam Jurnal PLOS One (2010), menunjukkan bahwa orang dengan 7R+ atau variasi gen DRD4, cenderung melakukan perselingkuhan atau pergaulan bebas.
Ada gen yang bisa memengaruhi kecenderungan seseorang untuk selingkuh dan tidak.
Sebanyak 50 persen dari responden dengan 7R+ tidak setia terhadap pasangannya.
Sementara itu, hanya 22 persen dari para responden tanpa 7R+ yang tidak setia.
"Apa yang kami temukan adalah bahwa individu dengan varian gen DRD4 tertentu lebih cenderung memiliki riwayat seks tanpa komitmen," ujar peneliti.
Menurut peneliti, motivasi ketidaksetiaan itu berasal dari kesenangan di mana hormon dopamin dilepaskan.
Mereka yang memiliki alel DRD4 lebih panjang akan cenderung mencari tantangan untuk meningkatkan asupan dopamin.
Tantangan tersebut, salah satunya dengan menjalin hubungan lain di luar hubungan resmi.
Meski begitu, para peneliti menegaskan, hubungan perselingkuhan dan faktor genetik ini masih perlu studi lebih lanjut.
Gen "pendukung" lain Selain gen DRD4, ada pula gen lain yang kemungkinan berperan terhadap sifat ketidaksetiaan seseorang, yaitu AVPR1A.
Gen ini memproduksi hormon vasopressin yang mengatur rasa percaya, empati, dan ikatan seksual.
Menurut studi di Proceedings of the National Academy of Sciences (2008), laki-laki dengan alel gen AVPR1A lebih panjang cenderung tidak merasa terikat dengan pasangannya.
Dengan kata lain, mereka cenderung tidak setia terhadap pasangan.
Alel yang lebih panjang juga mengindikasikan kebutuhan asupan hormon lebih banyak, sehingga memicu ketidaksetiaan untuk memenuhi kebutuhan hormon ini.
Kendati gen berpengaruh pada perilaku selingkuh seseorang, perbuatan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor lain.
Seperti dikutip dari The Guardian, perselingkuhan adalah perilaku yang sangat kompleks.
Selain itu, genetik juga bukan merupakan takdir yang tidak dapat dikendalikan.
Meski membawa "gen selingkuh", bukan berarti gen ini secara otomatis mengendalikan perilaku manusia serta membenarkan ketidaksetiaan.
Sebab sebagai manusia, sudah seharusnya bisa mengendalikan perilaku dan mengetahui mana yang benar dan salah.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Apakah Gemar Selingkuh dan Tidak Setia Dipicu Faktor Genetik?
(*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Grid. |
Editor | : | Citra Widani |