Akhir dua dekade ini muncul internet dan pesatnya perkembangan IT yang mempengaruhi keberadaan televisi.
Televisi pun perlahan mengalami senjakala, meredup bersamaan dengan munculnya gadget dan aplikasi-aplikasi baru.
Saat ini kita bisa menyaksikan siaran televisi melalui youtube maupun aplikasi-aplikasi lain yang diciptakan oleh stasiun-stasiun televisi di Indonesia.
Banyak pihak menyayangkan perubahan ini, tetapi hal ini menjadi sesuatu yang wajar terjadi.
Televisi pasti berubah! Siapa yang tidak berubah? Mereka yang tidak mampu beradaptasi yang mungkin akan ditinggalkan.
Fenomena ini justru dimanfaatkan oleh para seniman Yogyakarta sebagai wadah untuk berkarya dengan harapan dapat menjadi motivasi bagi para penikmat seni dan tidak terbatas untuk masyarakat umum.
Tema “Analog TV is Dead” menjadi wacana baru yang melahirkan inovasi dengan warna baru.
Meskipun kini televisi analog mulai ditinggalkan sebagai media hiburan, tetapi masih bisa eksis dengan pemanfaatan lain.
Tentunya, para seniman melihat adanya peluang dari sudut pandang lain mengenai nilai estetika televisi-televisi ini.
Ide-ide kreatif dari para seniman patut diacungi jempol. Benda-benda kuno yang telah kehilangan fungsi utilitasnya kini bertransformasi menjadi benda bernilai estetik.
Para seniman mengubah dari televisi yang memiliki nilai guna untuk mendapat hiburan dengan media audio visual, kini televisi itu disulap sebagai wadah imajinasi yang penuh makna.
Baca Juga: Re-Identitify: Pameran NFT yang Gabungkan Seni Konvensional dan Digital
Di samping itu, seni televisi ini juga menyimpan pesan pentingnya menjaga eksistensi jejak kebudayaan dari masa lampau. Karena hal itu tak lain merupakan warisan budaya yang sudah semestinya terus dilestarikan.
Maka dari itu, Bentara Budaya Yogyakarta mengundang semua #SahabatBentara untuk datang dan menikmati pameran seni ini.
Selain sebagai ruang rekreasi, pameran ini menyajikan wawasan baru yang tentunya memberi insight baru bagi kalangan muda-mudi maupun masyarakat luas. (*)
Viral, Pernikahan Ini Sajikan Menu Mie Instan untuk Undangan yang Datang padahal Tajir, Tamu: Kami Juga Bawa Bekal Sendiri
Penulis | : | Grid. |
Editor | : | Okki Margaretha |