Grid.ID – Pandemi Covid-19 yang sempat menimpa Indonesia ternyata mengubah Ibu Kota dari segala lini.
Selama 2 tahun, tepatnya 2020 hingga 2022, Indonesia menerapkan peraturan ketat guna menekan penyebaran virus corona.
Pusat perdagangan Tanah Abang, Jakarta Pusat, pun kena imbasnya.
Di tahun pertama pandemi, pasar Tanah Abang ditutup.
Tak disangka itu jadi awal mula berubahnya wajah pasar yang konon jadi Pasar Terbesar di Asia Tenggara.
Dikutip dari Kompas.com, suasana pasar Tanah Abang yang sepi berimbas pada nasib para pedagang yang sebagian besar gulung tikar.
Adapun dalam kunjungan Kompas.com pada Rabu (13/9/2023), suasana Pasar Tanah Abang memang sepi pedagang.
Di Blok B pasar Tanah Abang, banyak pedagang yang hanya berdiam diri menunggu pembeli datang.
Penelusuran dimulai dari lantai lower ground (LG) akses timur blok B pasar.
Mayoritas toko di sana menjual pakaian wanita. Satu per satu toko dilewati, namun hanya segelintir yang didatangi pembeli. Pedagang di kios-kios tersebut bahkan banyak yang berdiam diri, namun tak sedikit juga yang mencoba menyibukkan diri.
Baca Juga: 12 Arti Mimpi Pergi ke Pasar Menurut Primbon Jawa, Pertanda Baik, Bersiaplah Ada Kabar Bahagia
Ada yang sekadar bermain ponsel, ada pula yang menyapa para pengunjung yang melintas di depan mereka.
Ucapan khas akan mereka lontarkan ketika ada pengunjung yang lewat.
"Mampir kak, boleh lihat-lihat saja," ucap salah satu pedagang di sana, saat Kompas.com melintas di depan kiosnya.
Penelusuran berlanjut ke lantai berikutnya atau tepatnya lantai ground atau lantai G.
Keadaan di sana tak jauh berbeda dengan kondisi di lantai LG.
Di lantai yang menjajakan pakaian wanita, remaja, dan anak tersebut, pedagang juga tampak melamun.
Mereka menunggu dan berharap ada pembeli yang mau mampir ke kiosnya.
Sunyinya suasana pasar membuat suara eskalator yang berdecit terdengar jelas ketika Kompas.com naik tiga lantai di atas lantai G atau tepatnya lantai 3A. Di lantai itu, terlihat banyak toko yang tutup.
Rolling door putih yang menutup toko-toko pakaian anak di sana terlihat kusam dan berdebu.
(*)
Penulis | : | Winda Lola Pramuditta |
Editor | : | Winda Lola Pramuditta |