Grid.ID - Sudah 10 tahun pria bernama Ariyanto ini tidak membeli gas elpiji untuk memasak.
Meninggalkan gas elpiji, Ariyanto justru memanfaatkan bahan bakar tak biasa untuk keperluan memasak sehari-hari.
Warga Desa Tangkisan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah itu mengaku bisa berhemat hingga ratusan ribu sebulan karena tidak menggunakan gas elpiji.
Ternyata Ari menggunakan kotoran sapi yang diolah menjadi biogas untuk menghidupkan kompor dan memasak.
Bahan bakar inilah yang selama 10 tahun membuatnya tak lagi repot membeli tabung gas elpiji.
Api yang dihasilkan dari biogas itu terlihat berwarna biru dan menyala cukup besar serta stabil.
Berkat memanfaatkan energi gas metana dari kotoran sapi itu, Ari berhasil menghemat uang ratusan ribu hingga jutaan rupiah sebulan.
Inovasi mandiri energi itu juga dimanfaatkan oleh tetangga Ari secara gratis.
Awal Mula Ari Memanfaatkan Kotoran Sapi untuk Biogas
Ari menyebut mulai menerapkan pemanfaatan kotoran sapi menjadi biogas sejak 2013 lalu.
Ia bercerita ide tersebut muncul dari kakaknya yang seorang Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, bernama Karnoto.
Diceritakan oleh Ariyanto, Karnoto terinspirasi saat bencana banjir melanda desanya.
Banyak warga menggunakan kamar mandi di rumahnya saat itu.
Dari sanalah dia mendapatkan ide.
"Dulu sekitar 2010 di desa ini masih sering banjir dan rumah saya menjadi tempat berkumpulnya warga. Ketika warga buang air, kakak saya berpikir sayang sekali kalau tidak dimanfaatkan (kotorannya). Akhirnya kakak memutuskan berternak sapi dan memanfaatkan kotorannya untuk diolah menjadi biogas," ucap Ari kepada TribunJogja.com, Senin (9/10/2023).
Pada awalnya, Ari memiliki sapi sebanyak 36 ekor yang bisa menghasilkan belasan kg gas dalam sehari.
Kotoran sapi itu bisa mencukupi kebutuhan memasak untuk 13 rumah di sekitar rumah Ari.
Namun seiring berjalannya waktu, dia tinggal memiliki sapi 12 ekor yang menghasilkan gas metana sekitar 3 kg dalam sehari.
Gas tersebut kini dimanfaatkan oleh tiga rumah untuk memasak.
TribunJogja.com berkesempatan melihat berkeliling di rumah Ari pada Senin (09/10/2023).
Kandang sapi Ari berada di bagian depan rumahnya yang langsung menghadap ke jalan utama.
Kandang sapi tersebut terlihat lebih bersih meski sesekali masih terhirup aroma khas kotoran sapi.
Di lantai kandang terlihat ada saluran pembuangan kotoran sapi yang bermuara ke sebuah bak penampung berukuran 2x2 meter sedalam 2 meter.
Bak tersebut terkubur di dalam lantai koridor menuju dapur rumah Ari.
Tak jauh dari lokasi itu ada bak penampung kedua yang merubah wujud kotoran sapi menjadi cair yang dialirkan ke bak penampung ketiga yang berada di luar rumah.
Bak penampung ketiga itu yang akan jadi tempat perubahan cairan kotoran menjadi gas dan pupuk cair.
"Untuk gas metana dialirkan ke kompor menggunakan instalasi dari pipa besi. Prosesnya terjadi setiap hari karena pasti masih ada sisa gas kemarin. Kalau warga mau pakai biogas monggo (silahkan) tidak dipungut biaya asalkan memasang instalasi gas. Kalau pupuk cair juga boleh diminta warga," jelasnya.
Selain menghemat gas LPG, biogas juga Ari manfaatkan untuk menghidupkan lampu petromak ketika listrik PLN padam.
Baca Juga: Jangan Pernah Beli Gas Elpiji dengan Ciri Seperti ini, Bahayanya Anyam Nyawa Sekeluarga!
Selain itu, di rumah Ari juga memasang panel surya, sehingga ketika terjadi pemadaman listrik, lampu di rumah Ari bisa tetap hidup hingga 12 jam.
Ari menyebut, rumahnya yang memanfaatkan energi biogas dan panel surya telah menjadi percontohan bagi desa.
Dikatakan sejumlah universitas dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Perikanan (Kemen LHP) pernah berkunjung ke rumahnya.
"Dulu pernah diikutkan lomba yang digelar Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, jadi Juara Harapan Satu Desa Mandiri Energi pada 2019 dan dapat Juara Dua Desa Mandiri Energi 2021," ujarnya.
Pihaknya juga mengaku pernah mendapatkan pelatihan terkait pengolahan biogas dari Kementerian LHP.
Dalam hal itu, ia mengirimkan dua orang penjaga kandang sapi agar bisa mengolah kandang dan biogas dengan baik.
Rencana pemanfaatan biogas ini juga diterapkan oleh Desa Bicorong, Pamekasan.
Bupati Pamekasan, Baddrut Tamam mengapresiasi kinerja pemerintah desa yang mau berinovasi untuk mengembangkan desanya menjadi desa mandiri.
Hal itu disampaikan orang nomor satu di Kabupaten Pamekasan saat safari Ramadan di Kantor Kecamatan Pakong bersama kepala desa, tokoh agama, dan tokoh masyarakat.
Baca Juga: Tak Perlu Bolak-Balik Beli Gas, Elpiji 3 Kg Pasti Awet Dipakai Sebulan Kalau Terapkan Tips ini!
Dia menyampaikan terima kasih kepada dua desa di Kecamatan Pakong yang melakukan terobosan baru untuk meningkatkan kesejahteraan warganya, yaitu Desa Bicorong dan Desa Klompang Barat.
Dua desa tersebut kini mengembangkan potensi desa menjadi sumber kekuatan ekonomi baru.
"Mudah-mudahan semua rencana dan ikhtiar dari seluruh yang kita laksanakan, Kepala Desa Bicorong merencanakan gas dan sudah mulai jalan, Kepala Desa Klompang Barat pasar hewan dan inovasi lain yang dilakukan oleh pak kepala desa berjalan lancar," kata Bupati Baddrut Tamam, Selasa (4/4/2023).
Dihubungi terpisah, Camat Pakong, Eka Judya Setiawan menyampaikan, beberapa desa di daerahnya telah melakukan inovasi sesuai dengan keinginan pemerintah kabupaten (pemkab).
Seperti Desa Klompang Barat, Desa Bicorong, dan beberapa desa lainnya.
Penuturan dia, pasar hewan yang ada di Desa Klompang Barat nantinya akan dikelola oleh badan usaha milik desa (BUMDes).
"Pasar hewan di Desa Klompang Barat alhamdulillah progresnya saat ini telah mencapai bangunan kantor BUMDes, yang nanti akan menjadi tempat layanan tiket karcis," tutur dia.
Sementara pemerintah desa Bicorong melakukan inovasi dengan mengelola limbah menjadi biogas yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kepentingan memasak dan lain-lain.
Sehinggga dapat meringankan biaya hidup masyarakat.
"Kemudian program yang dicapai oleh Desa Bicorong ini adalah sebuah inovasi memanfaatkan limbah tahu dikelola menjadi biogas yang insyaallah nantinya akan dikelola oleh BUMDes juga," paparnya.
Bupati Pamekasan, Baddrut Taman kembali menyampaikan terima kasih atas partisipasi pemerintah desa, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan masyarakat secara umum yang telah turut serta mensukseskan program pemerintah kabupaten.
Mulai pendidikan, kesehatan, ekonomi, infrastruktur, dan reformasi birokrasi.
Di bidang pendidikan ada program beasiswa santri, kedoktoran dan lain lain, sementara di bidang kesehatan masyarakat telah dijamin kesehatan dengan pengobatan gratis, serta program lainnya, termasuk juga di bidang kesehatan melalui program sepuluh ribu pengusaha baru, demikian juga di bidang infrastruktur dan reformasi birokrasi telah berjalan sesuai harapan.
"Mohon maaf apabila ada yang kurang maksimal, kalau ada yang maksimal ayo disyukuri," ajaknya.
(TribunJogja.com/Dewi Rukmini)
Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Kisah Ariyanto, Warga Purworejo yang Selama 10 Tahun Tak Gunakan Gas LPG karena Manfaatkan Biogas
(*)
3 Shio Beruntung Hari Ini Senin 23 Desember 2024, Kebanjiran Rezeki dari Segala Arah
Source | : | TribunJogja.com |
Penulis | : | Grid. |
Editor | : | Ulfa Lutfia Hidayati |