Nasib Beruntung, 3 Nelayan Berhasil Selamat dari Maut Setelah Terombang-ambing dan Terhantam Badai di Laut Lepas Selama 11 Hari Akibat Kapal Bocor

Laporan Wartawan Grid.ID, Mardyaning Christ Cahyarani

Grid.ID - Tiga nelayan bernasib beruntung bebas dari maut, usai terombang ambing di tengah laut selama 11 hari.

Dikutip dari Kompas.com pada Minggu (14/01/2024), peristiwa ini terjadi lantaran kapal yang digunakan mengalami kebocoran dan tenggelam.

Kini ketiganya telah dinyatakan selamat dan dievakuasi oleh Tim SAR ke Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh.

Tiga nelayan tersebut adalah Jack Bowie (30) asal Meulaboh, Bayhaki (34) asal Padang Seurahet, Meulaboh, dan Rinal Junaidi (46) asal Banda Aceh.

Ketiganya dijemput oleh Tim SAR menggunakan kapal Tanker SC Gold Ocean, berbendera Kepulauan Marshal, SC Gold Ocean dengan kode V7A5661 yang berlayar dari Pelabuhan Tanjung Pelepas, Johor, Malaysia menuju Pelabuhan Mumbai, India.

Kronologi kejadian berawal saat tiga nelayan berangkat melaut dan sudah berangkat pada 26 Desember 2023 lalu.

Hingga pada akhir Desember, ketiga nelayan memutuskan untuk menyelesaikan pencarian ikan karena merasa tangkapan sudah cukup dan memutuskan akan pulang.

Namun sayangnya dalam perjalanan pulang, bagian palka yang penuh dengan ikan membuat papan kayu pada dinding kapal pecah.

Hal ini mengakibatkan air masuk ke dalam lubang kapal dan membuat transportasi yang digunakan ketiga nelayan tenggelam.

Baca Juga: 10 Arti Mimpi Menjadi Nelayan Menurut Primbon Jawa, Patut Menangis Seember, Bersiaplah Dapat Uang Kaget

Satu dari ketiga nelayan dari peristiwa ini, Rinal Junaidi mengungkapkan telah terombang-ambing di laut lepas selama 11 hari.

Beruntung, dirinya mengungkapkan saat kapalnya mengalami kebocoran ombang di perairan sedang tidak terlalu besar dan membuat ketiganya masih bisa bertahan menunggu bantuan datang.

"Kami berupaya menutupi lambung kapal yang pecah tersebut dengan kain, namun tidak berhasil."

"Akhirnya kapal karam sampai di bagian atap. Kami bertahan di atas atap rumah kapal tersebut," kata Rinal.

Dirinya mengakui saat berlayar dari Banda Aceh sempat singgah dan berlindung di Kepulauan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar lantaran cuaca yang buruk.

Dari situ, ketiganya memutuskan untuk pergi menuju perairan barat Pulau Weh, Kota Sabang untuk mencari dan menangkap ikan.

Sementara itu dikutip dari laman Tribunnews.com, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh, Aliman menyebutkan kapal yang digunakan tidak mengalami kerusakan sebelum berangkat.

Pihaknya juga menyebutkan, saat hendak berangkat keadaan laut sedang mengalami adanya badai.

"Padahal menurut mereka (nelayan), seng lapisan luar tidak rusak. Memang saat itu di laut sedang agak badai," ujar Aliman.

Baca Juga: 6 Ribu Amunisi Buatan Amerika Ditemukan di Dasar Laut Cilacap, TNI Kerahkan Kopaska, Sisa Perang Dunia Kedua?

Dari adanya peristiwa ini Aliman mengimbau agar nelayan yang ingin berangkat melaut untuk selalu memastikan kondisi badan kapal.

Tak hanya itu, pihaknya juga memastikan agar nelayan mematuhi imbauan cuaca dari BMKG.

Aliman mengungkapkan bahwa sebenarnya pada 26 Desember sudah ditetapkan sebagai hari pantang melaut karena adanya peringatan bencana tsunami.

"Kalau pergi melaut nelayan juga tidak boleh lupa membawa life jacket. Satu hal lagi yang paling penting, agar melapor dan mendapatkan izin dari Syahbandar perikanan sebelum berangkat melaut," ungkap Aliman.

(*)

PROMOTED CONTENT