Laporan Wartawan Grid.ID, Ines Noviadzani
Grid.ID - Kemenag (Kementerian Agama) Jawa Timur buka suara terkait penganiayaan yang terjadi di sebuah pondok pesantren Kediri.
Kasus penganiayaan seorang santri yang mengakibatkan korban meninggal dunia ini masih menjadi atensi publik.
Dilansir dari Tribun Mataram, Polres Kediri telah menggelar rekonstruksi kasus penganiayaan tersebut.
Diketahui rekonstruksi tertutup untuk jurnalis lantaran melibatkan anak di bawah umur.
Pada kasus penganiayaan tersebut, reka ulang adegan dilakukan di tiga lokasi yang berbeda.
Sementara adegan rekonstruksi yang harus diperagakan adalah sebanyak 55 adegan.
"Di TKP pertama ada 3 adegan, kemudian di TKP kedua 12 adegan dan TKP ketiga 40 adegan," ujar AKBP Bramastyo Priaji.
Selain itu, diketahui durasi penganiayaan berlangsung selama 4 hari.
Sementara dilansir dari Kompas.com, Kemenag Jatim turut memberikan tanggapannya terhadap kasus penganiayaan itu.
Kepala Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kanwil Kementerian Agama Jawa Timur, Mohammad As'adul Anam bahkan menyebut pondok pesantren yang berkaitan belum memiliki izin operasional.
Pihaknya juga menyayangkan insiden yang tidak pantas dicontoh oleh generasi muda itu.
"Kami menyayangkan kekerasan di Pondok Pesantren Al Hanifiyyah Mayan Mojo itu dan turut belasungkawa pada keluarga korban atas kejadian tersebut," ujarnya.
Sebelumnya pihak pesantren menyebut bahwa korban meninggal dunia karena terpeleset di kamar mandi.
Namun atas kecurigaan sang ibunda yang tak diperbolehkan melihat jasad anaknya, akhirnya kasus pun terbongkar.
Sang anak bukan terpeleset di kamar mandi, melainkan dikeroyok dan dianiaya oleh sesama santri hingga meninggal dunia.
(*)
Source | : | Kompas.com,TribunMataram.com |
Penulis | : | Ines Noviadzani |
Editor | : | Ayu Wulansari K |