Grid.ID - Harian Kompas dan PT PLN (Persero) mengadakan rangkaian diskusi dalam Road to PLN Investment Days 2024 yang diadakan pada Rabu (6/3/2024) di Hotel Mulia, Jakarta.
Diskusi membahas tema “Powering the Future: Sustainable Energy Tranformation for Indonesia 2024.”
Transformasi Energi Berkelanjutan masih menjadi tantangan. Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon demi tercapainya Net Zero Emission pada tahun 2060 atau secepatnya.
PT PLN (Persero) memiliki program “Transformasi” yang berdiri atas 4 pilar aspirasi, yakni Green, Lean, Innovative, & Customer Focused yang menjadi arah untuk mengoptimalisasi Energi Baru Terbarukan (EBT), pengadaan listrik yang efisien, serta mencapai 100% elektrifikasi.
Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Darmawan Prasodjo menyebut ada sejumlah peluang yang bisa dimanfaatkan Indonesia dalam program transisi energi.
Peluang tersebut adalah menarik investasi masuk sebanyak mungkin untuk pengembangan energi terbarukan. Namun, tantangan dalam transisi energi di Indonesia juga tak mudah.
”Sampai 2040 nanti akan ada penambahan kapasitas terpasang listrik di Indonesia sebesar 80 gigawatt (GW) dan 75 persennya dari energi baru dan terbarukan, sisanya berbasis gas.”
“Transmisi yang dibutuhkan sepanjang 47.000 kilometer. Semuanya butuh investasi 152 miliar dollar AS,” kata Darmawan dalam pidato pembukaan diskusi bertajuk ”Road to PLN Investment Days 2024” di Jakarta, Rabu (6/3/2024), yang digelar PLN dan harian Kompas.
Narasumber diskusi ini adalah Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN Evy Haryadi; Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan pada Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Wanhar; pakar energi dari Pusat Studi Energi Univesitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Deendarlianto; serta Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri.
Darmawan melanjutkan, kolaborasi menjadi kunci penting untuk mewujudkan program transisi energi di Indonesia.
Menurut dia, PLN tidak mungkin menanggung beban program tersebut sendirian. Kolaborasi untuk urusan investasi dan pemanfaatan teknologi amat sangat dibutuhkan.
Dari seluruh program penambahan kapasitas listrik energi baru dan terbarukan tersebut, swasta akan diberi porsi 60 persen dan sisanya dikerjakan PLN.
”Ini tantangan luar biasa, tetapi ada peluang di balik itu semua. Semoga ini menjadi awal baru di mana semangat kolaborasi bisa menjadi pendorong program transisi energi di Indonesia,” ucapnya.
Di acara yang sama, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jisman Hutajulu menambahkan, listrik sudah menjadi kebutuhan dasar masyarakat.
Untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi, kapasitas listrik juga harus ditingkatkan. Peluang untuk menambah porsi energi terbarukan di Indonesia sangat besar dalam upaya menaikkan kapasitas terpasang listrik tersebut.
”Bagaimana peluangnya? Ada potensi 3,6 terawatt (setara dengan 3.600 GW) energi terbarukan di Indonesia. Apalagi, harga listrik energi terbarukan semakin murah,” tuturnya.
Tak hanya peluang berupa potensi energi terbarukan di Indonesia yang besar, peluang pengembangan industri di bidang energi terbarukan juga ada.
Salah satunya adalah industri manufaktur pengembangan fotovoltaik untuk pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Beberapa mineral penting sebagai sumber bahan baku juga ada di Indonesia.
Terkait pengembangan manufaktur energi terbarukan, menurut Deendarlianto, Pusat Studi Energi UGM melakukan studi pemetaan terkait kemampuan manufaktur di bidang energi terbarukan pada 2017- 2019.
Hasilnya, manufaktur energi terbarukan didorong dilakukan di luar Jawa karena biaya produksi di Jawa tak bisa bersaing (lebih mahal).
”Namun, industrialisasi yang ada di luar Jawa (saat ini) ternyata tidak mendukung itu. Maka, kita harus mendorong industrialisasi ke arah sana.”
Baca Juga: Menuju Indonesia Emas 2045, Harian Kompas dan PLN Gelar Kompas100 CEO Forum ke-14
“Industri apa yang hendak kita bangun, kita siapkan. Selain itu, teknologi lokal juga harus dimanfaatkan (untuk percepatan pengembangan energi terbarukan di satu daerah),” katanya
Rangkaian diskusi ini akan membahas berbagai aspek terkait energi terbarukan, termasuk tantangan dan peluang yang dihadapi Indonesia dalam mengembangkan energi terbarukan dan dihadiri sejumlah pemangku kepentingan terkait.
Menurut laporan terbaru dari International Renewable Energy Agency (IRENA), Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar, terutama dalam hal energi surya dan angin.
Dalam laporan tersebut, IRENA juga menekankan pentingnya dukungan pemerintah dan regulasi yang jelas untuk mempercepat pengembangan energi terbarukan di Indonesia. (*)
Penulis | : | Grid. |
Editor | : | Okki Margaretha |