Grid.ID - Inilah pesan terakhir Soeharto ke Tutut sebelum meninggal dunia.
Soeharto ternyata minta sang putri untuk jadi orang seperti ini.
Melansir dari TribunTrends.com, Putri sulung Presiden RI ke-2 Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana alias Tutut sering membagikan foto-foto lama sang ayah di akun Instagramnya.
Tutut juga kerap mengungkapkan cerita di balik foto Soeharto yang ia unggah.
Sebelumnya, Tutut pernah berbagi momen sebelum Soeharto meninggal.
Pada tahun 2018, Tutut mengunggah foto kebersamaannya dengan presiden ke-2 Indonesia dan saudara-saudaranya.
Foto itu disertai dengan keterangan yang menceritakan pesan terakhir Soeharto kepadanya.
Sebagai anak tertua, Tutut diminta untuk menjaga kerukunan dengan adik-adiknya.
Selain dengan adik-adiknya, Tutut juga diminta menjaga kerukunan dengan cucu-cucu Soeharto dan semua saudara-saudaranya.
"Kamu dengarkan wuk.
Kamu anak bapak yang paling besar, sepeninggal bapak nanti, tetap jaga kerukunan kamu dengan adik-adikmu, cucu-cucu bapak dan saudara-sudara semua", tulis Tutut menirukan pesan mendiang Soeharto sebelum meninggal.
Menurut Soeharto, kerukunan akan membawa ketenangan dalam hubungan persaudaraan.
Selain itu, kerukunan juga akan memperkuat kehidupan keluarga.
Soeharto juga menambahkan bahwa Allah menyukai kerukunan.
Di akhir keterangannya, Tutut menegaskan pesan Soeharto kepadanya untuk selalu sabar dan tidak menjadi orang yang pendendam.
"Ingat pesan bapak..., tetap sabar, dan jangan dendam.
Allah tidak sare (tidur)."
Dalam keterangannya pada unggahan tersebut, Tutut juga menginformasikan bahwa catatan lengkap tentang dua hari menjelang wafatnya Soeharto ada di situs pribadinya, www.tututsoeharto.id
Di situs tersebut, ternyata Tutut kerap mengunggah cerita-cerita tentang Soeharto.
Sementara itu, seperti yang dilansir Grid.ID dari laman Tribun-Bali.com, Siti Hardijanti Rukmana atau Mbak Tutut dikenal sebagai keturunan langsung dari keluarga Cendana yang paling gemar bermain media sosial.
Bahkan Tutut tak ragu untuk membalas setiap pertanyaan netizen yang masuk ke dalam kolom komentarnya.
Melalui postingan-postingan tersebut, Tutut kerap membagikan kisah-kisah dan kenangan tentang ayahnya semasa hidup.
Sebagai anak tertua, Tutut adalah orang yang selalu mendampingi Soeharto sejak Ibu Negara, Tien Soeharto tutup usia.
Tak heran, jika banyak orang yang meyakini bahwa Tutut adalah orang yang paling dipercaya Presiden Soeharto di keluarga Cendana.
Melansir dari Kompas.com, Soeharto adalah presiden kedua Republik Indonesia.
Ia dikenal sebagai Bapak Pembangunan Nasional.
Menurut laman Perpustakaan Nasional RI, Soeharto lahir di Kemusuk, Yogyakarta, pada 8 Juni 1921.
Ia dilahirkan dalam keluarga sederhana.
Ayahnya, Kertosudiro, adalah seorang petani yang juga bekerja sebagai pembantu lurah dalam bidang pengairan sawah desa.
Ibunya bernama Sukirah.
Soeharto mulai bersekolah pada usia 8 tahun.
Awalnya, ia bersekolah di Sekolah Desa (SD) Puluhan, Godean, lalu pindah ke SD Pedes di Kemusuk Kidul.
Namun, Kertosudiro kemudian memindahkan Soeharto ke Wuryantoro dan menitipkannya di rumah adik perempuan ayahnya.
Soeharto memilih untuk melanjutkan pendidikannya di Sekolah Bintara, Gombong, Jawa Tengah, pada tahun 1941.
Dia resmi menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945.
Dua tahun kemudian, Soeharto menikah dengan Siti Hartinah, putri seorang pegawai Mangkunegaran.
Pernikahan mereka berlangsung di Solo pada 26 Desember 1947.
Saat itu Soeharto berusia 26 tahun, sementara Hartinah berusia 24 tahun.
Mereka dikaruniai enam anak yaitu Siti Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi, Hutomo Mandala Putra, dan Siti Hutami Endang Adiningsih.
Karier Militer Soeharto menapaki perjalanan panjang di bidang militer sebelum akhirnya mencapai pangkat jenderal.
Kariernya dimulai dari pangkat sersan tentara KNIL.
Dia kemudian menjadi komandan PETA, dilanjutkan sebagai komandan resimen dengan pangkat Mayor, dan komandan batalyon dengan pangkat Letnan Kolonel.
Pada tahun 1949, Soeharto berhasil memimpin pasukannya merebut kembali Kota Yogyakarta yang saat itu dikuasai Belanda.
Dalam karier militernya, Soeharto juga pernah menjadi Pengawal Panglima Besar Sudirman, hingga menjadi Panglima Mandala untuk pembebasan Irian Barat. Pada 1 Oktober 1965, meletus insiden G-30-S/PKI.
Soeharto mengambil alih pimpinan Angkatan Darat.
Selain dikukuhkan sebagai Panglima Angkatan Darat (Pangad), Jenderal Soeharto ditunjuk sebagai Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) oleh Presiden Soekarno kala itu.
(*)
Gunung Raung Erupsi Sehari Sebelum Natal, Pendaki Dengar Suara Ngeri ini dan Buru-buru Selamatkan Diri
Source | : | Kompas.com,TribunTrends.com |
Penulis | : | Fidiah Nuzul Aini |
Editor | : | Fidiah Nuzul Aini |