Grid.id - Kasus dugaan perundungan atau bullying di PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis) Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang, Jawa Tengah masih terus berlanjut.
Kali ini, sebanyak lima dokter senior ikut diperiksa buntut kasus yang menewaskan dokter Aulia Risma Lestari tersebut.
Melansir dari Tribun Banyumas, Kabid Humas Polda Jawa Tengah, Kombes Artanto mengatakan bahwa kelimanya termasuk di antara 34 saksi yang dipanggil Polda Jateng.
Namun hingga kini, belum ada saksi yang naik status menjadi tersangka.
Polda Jateng masih akan melihat perkembangan kasus dugaan bullying ini hingga pemeriksaan selesai.
"Kami harus transparan. Ada lima senior yang diperiksa. Masih menunggu perkembangan lebih lanjut. Kita akan lihat perkembangan," ujar Artanto saat dihubungi pada Kamis (19/9/2024) kemarin.
Melansir dari Kompas.com, ibunda Aulia Risma yakni Nuzmatun Malinah akhirnya buka suara soal perundungan yang diterima sang putri saat konferensi pers di hotel PO Semarang, Rabu (18/9/2024).
Baca Juga: Geger Dokter Aulia Diduga Dipalak Rp 40 Juta per Bulan oleh Seniornya, Dekan FK UNDIP Angkat Bicara
Nuzmatun mengatakan bahwa ada aliran dana sekitar Rp 225 juta dari rekening dokter Aulia.
Aliran dana itu diduga berkaitan dengan pernyataan Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Undip, Yan Wisnu yang mengatakan bahwa ada bullying berupa iuran sebesar Rp 20 sampai Rp 40 juta di PPDS Anestesi.
"Terkait iuran, kami sudah ada datanya, sudah kami serahkan ke Polda. Berupa rekening koran. Mengalirnya dana dari saya selaku ibu mengirim ke almarhumah juga sudah saya sampaikan. Sudah saya laporkan," ujar Nuzmatun.
"Uang untuk kebutuhan angkatan dan lainnya. Iya sebulan sekali. Yang semeter pertama itu (untuk) senior. Selebihnya untuk angkatan. Kalau yang besar itu semester satu. Di semester berikutnya masih ada," lanjutnya.
Sebelumnya, UNDIP juga akhirnya mengakui adanya perundungan di PPDS Anestesi pada 13 September 2024 lalu.
Selain UNDIP, RSUP Kariadi juga mengakui adanya bullying yang sudah terjadi sejak dulu.
"Memang kami dari rumah sakit mengakui bullying ada dan sudah saatnya harus diberantas sampai akarnya," kata Direktur Layanan Operasional RSUP dr Kariadi, Mahabara Yang Putra.
Putra meminta maaf mewakili RSUP Kariadi terkait bullying terhadap mahasiswa PPDS anestesi di RS yang dikelolanya.
"Segala kekurangan yang terjadi masih belum bisa mencapai ekspektasi, kami turut bersimpati dan mohon maaf. Ke depan berharap jadi lebih baik," lanjutnya lagi.
(*)
Chandrika Chika Belum Minta Maaf Usai Diduga Aniaya Yuliana Byun, Sang Ayah Datangi Korban
Source | : | kompas,Tribun Banyumas |
Penulis | : | Irene Cynthia |
Editor | : | Irene Cynthia |