Grid.ID – Hari ini 10 tahun yang lalu, jenazah Akseyna Ahad Dori (18) mahasiswa Universitas Indonesia (UI) jurusan Biologi FMIPA, ditemukan mengambang di danau Kenanga UI. Sepuluh tahun berlalu, rupanya tak jua cukup untuk mengungkap, apa yang sebenarnya terjadi di balik tewasnya Akseyna.
Nama Akseyna sempat trending di platform X belakangan ini, mengingat bulan Maret ini tepat 10 tahun kepergiannya. Banyak netizen yang tak lupa dengan kematian tragis Akseyna 10 tahun silam. Tak sedikit pula yang menyayangkan karena keluarga belum mendapatkan kepastian perihal kepergian Akseyna. Bahkan, kasus ini juga berpotensi akan ditutup.
Awalnya, kematian Akseyna dianggap sebagai tindakan bunuh diri. Hal ini mengingat Akseyna sempat disebut mengalami penurunan nilai akademis akibat depresi lantaran pernah gagal meraih prestasi dalam Olimpiade Biologi tingkat nasional. Nyatanya, belakangan diketahui kalau kematian Akseyna karena pembunuhan.
Kesimpulan itu diambil polisi, lantaran adanya sejumlah kejanggalan dalam kasusnya. Pertama, di tubuh Akseyna ternyata terdapat beberapa lebam yang diduga akibat benturan benda tumpul, sol sepatu bagian ujung belakang Akeseyna juga rusak diduga akibat proses penyeretan tubuh sebelum ditenggelamkan.
Lalu di organ paru-paru Akseyna juga terdapat air dan pasir yang dapat disimpulkan jika ia ditenggelamkan ke dalam danau dalam kondisi masih setengah sadar. Terakhir, kejanggalan dalam ‘surat wasiat Akseyna’ yang diduga ditulis oleh lebih dari satu orang. Bahkan, hasil analisis grafolog dari American Handwriting Analysis Foundation, Deborah Dewi menyatakan, tulisan dalam surat wasiat tersebut bukan tulisan tangan Akseyna.
Kronologi Kematian Akseyna
Pada Sabtu (21/3/2015) Akseyna alias Ace sempat menghubungi ibundanya, Karimatul Ummah. Mereka membicarakan niatan Akseyna untuk membeli sepeda, untuk alat transportasinya dari rumah kos ke kampusnya di Universitas Indonesia. Ace memang tinggal terpisah alias merantau, kedua orangtuanya berdomisili di Yogyakarta.
Empat hari berlalu, Karimatul Ummah kembali menghubungi putranya pada Rabu (25/3/2015) untuk menanyakan kelanjutan niatan Akseyna untuk membeli sepeda. Sayangnya, saat itu Akseyna tak memberi respon. Sang bunda sempat berpikir kalau putranya sedang sibuk kuliah.
Lalu, pada Kamis (26/3/2015), Universitas Indonesia digegerkan dengan penemuan mayat yang mengambang di danau Kenanga. Jenazah tanpa identitas itu pertama kali ditemukan oleh seorang mahasiswa bernama Roni. Dikutip dari Kompas.com, Roni menyebut jika saat itu ia melihat jenazah masih mengenakan ransel.
Belakangan diketahui jika di dalam ransel tersebut berisi 6 batu bata merah seberat 14 kilogram, yang diduga digunakan sebagai pemberat untuk menenggelamkan jenazah. Awalnya, polisi menduga jika batu bata itu diambil dari rumah kos milik Akseyna, ternyata polisi salah.
Pamit Mudik, Jirayut Ungkap Kondisinya Pasca Gempa Thailand yang Runtuhkan Gedung Pencakar Langit
Source | : | Kompas.com,Instagram,Tribunnews.com,Wartakotalive |
Penulis | : | Okki Margaretha |
Editor | : | Okki Margaretha |