Grid.ID - Peristiwa meledaknya bom bunuh diri di Surabaya masih menjadi pembicaraan publik.
Tak hanya jadi sorotan media, tampaknya pihak kepolisian juga harus bekerja keras untuk mengusut kasus ini secara tuntas.
Pasalnya, ini bukanlah kali pertama Indonesia digegerkan dengan kasus ledakan bom bunuh diri.
Apalagi dengan adanya lima ledakan bom dalam dua hari berturut-turut.
Pasca ledakan bom di Gereja yang ada di wilayah Surabaya, beberapa jam kemudian terjadi ledakan lagi di sebuah Rusunawa yang ada di wilayah Wonocolo, Sidoarjo, Jawa Timur.
Belum selesai ketakutan masyarakat Jawa Timur, keesokan harinya ledakan kembali terjadi di area Mapolrestabes Surabaya.
Semua pelaku merupakan satu keluarga.
BACA JUGA Kerabat Ungkapkan Pesan Terakhir Sri Pudjiastuti, Korban Ledakan Bom di Surabaya
Kenyataan ini membuat masyarakat semakin geram dan mengecam tindakan biadab ini.
Bagaimana mungkin ada orangtua yang tega mengajak anak-anaknya untuk bunuh diri.
Di antara serentetan bom bunuh diri yang terjadi di Surabaya dan Jawa Timur, banyak yang menyoroti latar belakang kehidupan para pelaku bom bunuh diri.
Salah satunya adalah keluarga bom bunuh diri Sidoarjo yang berinisial AR.
Melansir dari beberapa sumber, Grid.ID telah mengumpulkan beberapa fakta mengejutkan tentang AR.
1. Didoktrin Sejak Kecil
Kapolda Jawa Timur Irjen Machfud Arifin membocorkan cara orangtua mendoktrin anak-anaknya, dikutip Grid.ID dari Tribunnews (15/05/2018).
BACA JUGA Selama Dua Tahun Terakhir Keluarga Pelaku Peledakan Bom Jarang Bersosialisasi Dengan Tetangga
Pendoktrinan itu dilakukan dengan cara mencekoki anak-anak mereka dengan video jihad secara rutin untuk membentuk ideologi anak.
Cara ini dilakukan oleh semua pelaku karena mereka satu jaringan.
2. Menolak Doktrin Ayahnya
AR menolak doktrin kebohongan orangtuanya yang dilakukan untuk adik-adiknya.
Di mana mereka diminta untuk mengaku belajar dengan cara home schooling saat ditanyai oleh tetangga.
Padahal kenyataannya mereka tidak sekolah.
Ternyata usaha ini dilakukan agar anak mereka tidak berinteraksi dengan orang lain.
3. Memilih Hidup Berbeda
Berbeda dari adik-adiknya dan anak pelaku bom lainnya, AR lebih memilih hidup dengan caranya sendiri.
Ia memilih untuk tetap bersekolah hingga hidup dengan sang nenek.
4. Menolak Diajak Jihad
Dikutip dari Tribun Bali terbitan Selasa (15/05/2018), AR mengaku jika ayahnya sering mengajaknya berjihad.
Namun, ia selalu menolak karena merasa tidak sesuai dengan pemikirannya.
AR juga menganggap apa yang dilakukan sang ayah justru bertolak belajang dengan ajaran islam.
5. Rakit Bom dari Internet
BACA JUGA Bocah Perempuan yang Selamat Dalam Ledakan Bom Mapolrestabes Surabaya Anak Salah Satu Teroris
Saat dikunjungi oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian AR menceritakan kehidupan sehari-hari ayahnya.
Dalam kesempatan itu AR turut mengkonfirmasi soal bom yang meledak di kediamannya.
Menurut AR, bom tersebut merupakan hasil rakitan sang ayah.
AR mengatakan jika selama ini ayahnya belajar merakit bom melalui internet dan Youtube.
6. Sempat Menghindari Ledakan
Seperti takdir yang sudah sengaja digariskan.
AR yang biasanya tinggal dengan neneknya saat itu sedang berada di kediaman orangtuanya di mana lokasi ledakan terjadi.
Ketika bom hendak diledakkan, AR sempat mengindar sehingga ia bisa selamat dan hanya mengalami luka sedikit.
AR kemudian menyelamatkan kedua adik bungsunya yang terluka dan melarikan kedua adiknya ke rumah sakit.(*)
Larang Ayah Rozak Jadi Calon Wali Kota Depok, Ayu Ting Ting Ngaku Tolak Tawaran Terjun ke Dunia Politik, Ternyata ini Alasannya
Source | : | tribunnews,tribun bali |
Penulis | : | Septiyanti Dwi Cahyani |
Editor | : | Septiyanti Dwi Cahyani |