Agresi Israel terhadap Palestina berakar dari ketakutan, ketakutan bahwa Palestina tidak akan menyerahkan tanah mereka, identitas mereka atau keinginan mereka untuk melawan.
Grid.ID - Lebih dari 60 orang Palestina tewas dalam beberapa jam.
Semua itu terjadi karena mereka memprotes hak mereka untuk kembali.
Selama bertahun-tahun, orang Palestina bahkan tidak memiliki kemewahan yang sangat besar.
Jika kita melihat Gaza dan Palestina di luar darah dan pembantaian yang sedang berlangsung, sebenarnya kita bisa melihat satu hal yang indah dan pelajaran berharga dari sana.
Gaza dan Palestina secara keseluruhan menunjukkan kepada dunia bahwa di mana ada penindasan, pasti akan ada orang yang berani mengatakan "kita bisa menjadi lebih baik".
Gaza dan Palestina tak melulu tentang pembunuhan, tetapi lebih ke konteks bagaimana dan mengapa orang-orang Palestina dikecam ketika mereka memprotes permintaan sederhana untuk dapat kembali ke rumah.
Tahun ini, menandai 70 tahun penjajahan Israel atas Palestina.
Sejak 1948, Israel telah merancang strategi untuk mengambil alih Palestina.
Mereka telah menggunakan kantor hukum untuk melegitimasi kekerasan.
Secara fisik, Israel membangun tembok-tembok semen untuk memecah belah orang Palestina.
Mereka juga mengepung satu kota dan memaksa ratusan orang berganti status menjadi pengungsi yang tersebar di seluruh dunia.
Israel selalu saja menyerang orang-orang Palestina karena perlawanan mereka untuk mendapatkan haknya kembali.
BACA JUGA Panjangnya Hanya 25 Mil, 4 Hal Ini Sebabkan Jalur Gaza Jadi Titik Konflik Israel-Palestina
Ini bukanlah pembantaian yang terisolasi pada satu hari saja.
Kita juga harus memperhitungkan hari-hari sebelumnya, tahun-tahun yang memungkinkan peristiwa ini terjadi.
Palestina saat ini memaksa kita untuk memahami pentingnya pertanggungjawaban Israel.
Setiap penindas yang telah membangun warisan mereka di belakang orang lain akan selalu takut pada pemberontakan dan perlawanan.
Tidak ada penindas yang menghentikan eksploitasi mereka.
Hal itu selalu berakhir melalui tekanan untuk akuntabilitas dan perlawanan dari yang tertindas.
BACA JUGA Dapat Kiriman Pesan dari Gaza, Melly Goeslaw Rasakan Hal Ini!
Situasi yang ideal bagi seorang penindas adalah memiliki populasi pasif untuk melakukan hal itu sesuka hati mereka.
Itulah sebabnya, Palestina begitu menakutkan bagi Israel.
Mereka mencoba membela diri dengan melestarikan penindasannya.
Hanya beberapa hari sebelum protes 14 Mei di Palestina, para pejabat militer Israel memperingatkan tentang salah satu gelombang paling kejam yang akan datang.
Kenyataannya, semua kekerasan memang berasal dari pihak Israel yang mengakibatkan ribuan orang terluka dan menewaskan setidaknya 60 orang Palestina.
Bertepatan dengan perayaan hari Nakba, penduduk Palestina menyadari jika satu-satunya kekuatan mereka adalah perlawanan.
Karena rakyat Palestina memang tidak memiliki pilihan lain selain menolak.
Sementara dunia, memiliki pilihan untuk memperkuat dan mempertahankan agresi Israel, atau menentangnya.(*)
Gagal Move On dan Tak Terima sang Mantan Pacar Sudah Punya Kekasih Baru, Pria Ini Culik sang Wanita tapi Keciduk Polisi, Begini Akhirnya
Source | : | TRT WORLD |
Penulis | : | Septiyanti Dwi Cahyani |
Editor | : | Septiyanti Dwi Cahyani |